Selasa, 28 Oktober 2014

Esensi Ibadah


Memahami Esensi Peribadahan
Oleh Ahmadi


Pendahuluan
Seseorang melaksanakan peribadahan atau ritual agama memiliki sudut pandang atau perspektif yang beraneka ragam, diantaranya :
1.       Ibadah dipandang sebagai kewajiban manusia hidup sebagai makhluk
2.       Ibadah dipandang sebagai pengabdian yang harus dilakukan sebagai makhluk
3.       Ibadah dilaksanakan sebagai bentuk pemujaan kepada yang Maha Kuasa
4.       Ibadah sebagai bentuk usaha mendapatkan sesuai sesuai dengan harapan dan keinginan
5.       Ibadah sebagai beban yang harus dilaksanakan sebagai manusia
6.       Ibadah dilaksanakan sebagai bentuk cinta dan usaha mendapatkan cinta dari yang Maha Kuasa
Dari berbagai perspektif ibadah di atas, maka dalam masyarakat seseorang beribadah memiliki motif dan orientasi yang bermacam-macam.

Rumusan Masalah
Ibadah yang bagaimana, yang seharusnya kita lakukan?

Pembahasan
Ibadah memiliki makna pengabdian, sedangkan secara istilah ibadah adalah perbuatan yang dituntun oleh ajaran agama baik berbentuk perintah maupun larangan untuk mendapatkan ridlo Allah SWT.
Dalam kenyataannya manusia memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam melaksanakan ibadah, ada yang hanya sekedar melaksanakan kewajiban sebagai orang yang beragama, tanpa memahami esensi dan tujuan ibadah itu sendiri. Ibadah yang dilakukan seperti ini akan terasa hambar bahkan cenderung membebani hidup manusia itu sendiri.
Sering dalam hidup ini kita dihadapkan dengan berbagai persoalan, sebagian terpecahkan dan sebagian lagi tidak terpecahkan. Jika kita menghadapi persoalan yang kita anggap sulit, maka sebagian lari kepada orang pintar(dukun), dan sebagian lagi menyerahkan persoalan kepada Allah SWT, dengan berbagai macam doa dipanjatkan.
Jika seseorang mendapatkan pemecahan dari orang pintar lantas orang tersebut percaya dengan apa yang dikatakan orang pintar(dukun) dan beranggapan dukun tersebut mampu mengabulkan permintaannya dan menyelesaikan persoalannya.
Sebagian lagi berdoa kepada Allah, lantas permohonannya kemudian dimudahkan, lantas percaya kepada Allah, tetapi apakah setiap doa dikabulkan?
Dalam masyarakat kita sering orang bahkan banyak orang merasa doanya tidak dikabulkan Allah, kemudian menyalahkan Allah karena selama ini telah banyak melaksanakan ibadah tetapi Allah tidak mengabulkan doanya, kemudian putus asa dan tidak mau melaksanakan ibadah, karena merasa tidak ada gunanya.
Oleh karena itu kita semestinya memahami maksud dan tujuan ibadah.
Ibadah memiliki makna pengabdian. Dengan demikian ibadah bukanlah sebuah transaksi dimana kita melakukan sesuatu ibadah dengan maksud untuk mendapatkan sesuatu setelah kita melaksanakan ritual ibadah. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Albaqarah 21 :
“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu, yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, supaya kamu taqwa.
Jadi tujuan ibadah adalah untuk menggapai derajat Taqwa. Ketaqwaan bersifat dinamis, artinya tidak ada puncak taqwa, tetapi ketaqwaan harus ditingkatkan secara terus menerus.
Manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa.
Sering seseorang jika sudah melaksanakan ibadah merasa dirinya sudah taqwa kepada Allah, padahal taqwa adalah proses yang tidak ada hentinya untuk ditingkatkan.
Taqwa adalah prestasi manusia dihadapan Allah SWT, sehingga Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat:13 :
“......Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa,.....”
Seseorang akan mendapatkan derajat taqwa jika melaksanakan ibadah dengan penuh cinta dan keikhlasan. Sedangkan ibadah yang dilaksnakan sembarangan tidak akan memiliki makna apa-apa bagi pelakunya.
Seseorang yang memiliki taqwa dan cinta tentu saja akan melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 2:
“Yang menciptakan mati dan hidup untuk mengujimu siapakah yang lebih baik amalnya?”

Penutup
Ibadah semestinya dilakukan dalam rangka melaksanakan perintah Allah agar kita mendapatkan cinta dan ridlo-Nya, tentu saja ibadah yang demikian hanya bisa jika dilakukan dengan sebaik-baiknya berdasarkan ilmu dan pengetahuan secara syar’i.
Demikian sekelumit tulisan semoga bermanfaat dan jika terjadi kesalahan, mohon maaf sebesar-besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar