Minggu, 14 April 2013

Menjadi Mubaligh Yang Menarik



 Judul : Menjadi Mubaligh Yang Menarik
Oleh : Ahmadi (02746510131)







Abstraksi



Menjadi muballigh bukanlah tugas orang atau kelompok tertentu, tetapi tugas kita bersama sebagai seorang muslim. Karena setiap orang yang memiliki kewajiban menyampaikan Islam walaupun hanya satu ayat sebagaimana sabda Nabi saw: “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat!” Oleh karena itu kita mestinya jangan hanya membebankan dakwah Islam hanya untuk orang tertentu. Di samping itu jika kita mau berdakwah akan menjadi modal pahala kita di akherat kelak.
Kebanyakan muballigh masih berkutat kepada penyampaian pesan agama secara verbal, maksudnya muballigh hanya sekedar menyampaikan pesan agama sedangkan dia sendiri belum dapat menjadi contoh di masyarakat dalam pengamalan agama. Tentu saja hal ini dapat mengurangi kapasitasnya sebagai seorang muballigh, sebab ternyata masyarakat menilai kualitas penyampaian dakwah tidak sekedar materi yang disampaikan seorang muballigh tapi juga menilai sejauh mana muballigh tersebut mengamalkan apa yang disampaikan.
Jika seorang muballigh pandai pidato yang begitu menarik, mengesankan tetapi sisi lain tidak dapat mengamalkan, maka muballigh seperti ini lebih  berperan sebagai artis yang memberikan hiburan di masyarakat, tetapi dakwahnya tidak sampai memberikan pencerahan dalam kehidupan keagamaan masyarakat.
Jaman yang senantiasa berubah masyarakat pada umumnya membutuhkan hiburan untuk menghilangkan stres/beban hidup yang semakin berat dan semakin beragam. Oleh karena itu masyarakat membutuhkan sosok muballigh yang dapat menarik masyarakat sekaligus dapat menyampaikan nilai-nilai agama yang mencerahkan kehidupan manusia, tidak hanya sekedar memberikan hiburan semata.


Bab I
Pendahuluan

Menjadi muballigh bukanlah tugas orang atau kelompok tertentu, tetapi tugas kita bersama sebagai seorang muslim. Karena setiap orang yang memiliki kewajiban menyampaikan Islam walaupun hanya satu ayat sebagaimana sabda Nabi saw: “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat!” Oleh karena itu kita mestinya jangan hanya membebankan dakwah Islam hanya untuk orang tertentu. Di samping itu jika kita mau berdakwah akan menjadi modal pahala kita di akherat kelak.
Secara bahasa Muballigh berasal dari kata bal-la-gha yang berarti menyampaikan atau banyak menyampaikan. Muballigh adalah bentuk fa’il yang memiliki makna pelaku atau orang yang menyampaikan. Muballigh secara pengertian memiliki makna yaitu sebutan seseorang yang menyampaikan dakwah Islam dan orang tersebut menjadi contoh bagi orang lain dalam pengamalan Islam.
Kebanyakan muballigh masih berkutat kepada penyampaian pesan agama secara verbal, maksudnya muballigh hanya sekedar menyampaikan pesan agama sedangkan dia sendiri belum dapat menjadi contoh di masyarakat dalam pengamalan agama. Tentu saja hal ini dapat mengurangi kapasitasnya sebagai seorang muballigh, sebab ternyata masyarakat menilai kualitas penyampaian dakwah tidak sekedar materi yang disampaikan seorang muballigh tapi juga menilai sejauh mana muballigh tersebut mengamalkan apa yang disampaikan.
Jika seorang muballigh pandai pidato yang begitu menarik, mengesankan tetapi sisi lain tidak dapat mengamalkan, maka muballigh seperti ini lebih   berperan

sebagai artis yang memberikan hiburan di masyarakat, tetapi dakwahnya tidak sampai memberikan pencerahan dalam kehidupan keagamaan masyarakat.
Jaman yang senantiasa berubah masyarakat pada umumnya membutuhkan hiburan untuk menghilangkan stres/beban hidup yang semakin berat dan semakin beragam. Oleh karena itu masyarakat membutuhkan sosok muballigh yang dapat menarik masyarakat sekaligus dapat menyampaikan nilai-nilai agama yang mencerahkan kehidupan manusia, tidak hanya sekedar memberikan hiburan semata.





Bab II  
Prinsip Dakwah

Dakwah memiliki beberapa prinsip yang semestinya menjadi pegangan setiap da’i atau muballigh di antaranya yaitu :
A.    Memandaikan orang yang bodoh
B.    Memberi tahu orang yang tidak tahu
C.   Mencukupi orang yang kekurangan
D.   Memperbaiki yang kurang baik atau tidak baik
E.    Mengobati yang sakit
F.    Memperbanyak saudara/teman bukan memperbanyak musuh.
G.   Menghibur orang yang kesusahan
H.   Menyatukan yang berserakan atau yang pecah
I.      Memberi maaf orang yang minta maaf atau bertaubat
J.    Mengutamakan kepentingan jama’ah daripada pribadi
K.    Menjunjung tinggi kebenaran
Dengan beberapa prinsip di atas dakwah akan mendapatkan kesuksesan, muballigh yang dapat melakukan semua di atas akan bermanfaat yang banyak bagi masyarakat. Oleh karena itu idealnya seorang muballigh adalah memiliki kekayaan yang cukup jika tidak dibilang kaya, karena dengan kekayaan sangat penting.
Umumnya kita lebih menghormati orang-orang kaya daripada orang yang suka berdakwah. Kebanyakan kita lebih cenderung mengukur materi daripada akhlak. Kebanyakan lebih menghormati  orang yang dapat mencukupi kebutuhan fisik daripada orang yang membantu secara non fisik. Sehingga banyak orang yang tertarik mengikuti  ajaran seseorang yang memberikan bantuan materi atau menjanjikan materi.
Orang melaksanakan sebuah kegiatan biasanya memiliki tujuan-tujuan tertentu atau ingin mendapatkan sesuatu dari kegiatan tersebut. Kebanyakan kita melaksanakan sesuatu yang memberikan keuntungan yang bersifat keduniaan. Oleh karena itu kita kesulitan berdakwah kepada orang yang lapar, sakit, atau miskin. Mereka membutuhkan dakwah kita tetapi dakwah kita akan dapat diterima jika kita juga mampu memberikan apa yang mereka butuhkan. Orang sakit butuh obat, orang lapar butuh makan, orang susah butuh hiburan dsb.  Orang yang sekedar memberikan pengertian-pengertian agama tetapi tidak disertai bantuan yang dibutuhkan oleh obyek dakwah biasanya hanya sekedar didengar tetapi tidak sampai pesan agama yang disampaikan.
Betapa banyak orang yang “murtad”  karena masyarakat tidak memperhatikan kebutuhan saudaranya atau tetangganya, akhirnya diambil atau “diopeni(bahasa Jawa)”.
Ada sebuah kasus di sebuah kampung santri yang terkenal ke-Islaman-nya, tetapi dikejutkan dengan sebuah berita bahwa ada seorang pendeta yang menjalankan misinya di sebuah tempat. Pendeta tersebut mengaku dari “kampung santri” tersebut. Setelah diselidiki ternyata pendeta tersebut dulunya seorang anak yang ditinggal mati orang tuanya dan tidak ada yang memelihara, akhirnya dididik sebuah pendidikan yang mengajarkan agama tertentu yang akhirnya dia mengikuti agama tersebut dan menjadi pendeta.
Mengapa hal di atas dapat terjadi? Karena masyarakat kurang peduli terhadap sekitarnya dan akhirnya mereka kecolongan.

Bab III
Memahami Karakter Masyarakat


A.   Penyandaran Keberagamaan Masyarakat
Masyarakat secara umum menurut penulis lebih banyak yang menyandarkan kehidupan keberagamaannya kepada seorang yang dianggap tokoh agama. Padahal secara hakiki sebenarnya agama adalah tanggung jawab masing-masing orang kepada Tuhannya.
Oleh karena itu di satu sisi orang harus lebih banyak belajar kepada banyak orang yang dianggap tahu banyak tentang agama. Tetapi banyak juga orang yang hanya menyandarkan kehidupan keberagamaannya kepada seseorang atau sering disebut “Taqlid”. Orang tersebut menganggap bahwa “guru”nyalah yang paling benar sehingga dia tidak perlu belajar di tempat lain.
Dengan keadaan tersebut diatas maka dalam masyarakat sering terjadi kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama dan mereka mengklaim kelompoknya yang benar.
Sebagai seorang muballigh mestinya sikap di atas harus dihindari, seorang muballigh mestinya memberikan wawasan yang luas kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak terjebak pemahaman yang sempit dalam masalah agama dan justru membuat kotak-kotak dalam kehidupan beragama. Jangan sampai karena kepentingan tertentu yang bersifat duniawi mengalahkan kepentingan yang lebih baik yang bersifat ukhrowi. Mestinya seorang muballigh memberikan pemahaman dan wawasan agama lebih luas jangan justru mempersempit atau mendangkalkan pemahaman dan pengamalan agama masyarakat.

B.   Masyarakat Lebih Senang Dicukupi
Masyarakat atau kebanyakan kita biasanya lebih senang menerima daripada memberi. Dalam kehidupan beragamapun sering juga terjadi seperti itu. Misalnya seseorang lebih senang menjadi makmum daripada imam shalat dengan berbagai alasan. Jarang berdo’a atau malas belajar do’a, lebih senang mewakilkan do’a kepada orang lain yang dianggap lebih shalih atau dianggap lebih dekat dengan Allah sering disebut “tabarukan”
Padahal perintah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 186 disebutkan “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepadaKu. Hendaklah mereka memenuhi (perintah)Ku dan beriman kepadaKu agar mereka memperolah kebenaran.”
Dengan demikian mestinya seorang berdo’a secara langsung jangan lebih senang minta do’a. Bahkan karena kemalasannya sampai mati ada yang hanya bisa AMIN saja (bahasa ekstrimnya).  Padahal menuntut ilmu adalah wajib. Ibadah yang pokok adalah do’a, mestinya kita lebih banyak belajar do’a, karena prinsipnya do’a adalah untuk kepentingan setiap diri kita masing-masing.
Yang lebih aneh lagi terjadi komersialisasi do’a dengan adanya pelayanan-pelayanan do’a. Hal tidak bersifat mendidik tetapi justru membodohi masyarakat. Hal ini jika dilakukan seorang muballigh justru kontra produktif dari sisi keberagamaan masyarakat.

C.   Masyarakat Bersifat Lembam
Masyarakat atau perorangan secara umum memiliki sifat lembam, yaitu selalu berusaha mempertahankan apa yang merasa telah dimiliki atau berlaku dan telah menjadi adat istiadat atau kebiasaan yang dilakukan. Masyarakat sepertinya telah membuat hukum tersendiri bahwa apa yang telah lama berlaku di masyarakat itulah yang dianggap benar. Jika datang pemahaman baru, lebih banyak cenderung menolak. Hal ini sangat alamiah karena setiap benda baik hidup maupun mati memiliki sifat mempertahankan diri.
Sebagai seorang muballigh mestinya memahami karakter masyarakat yang demikian, karena akan terjadi benturan-benturan, maka yang dibutuhkan adalah sikap lembut dan contoh yang baik, serta dipahamkan bahwa agama adalah membawa kebaikan dan kebahagian manusia maka harus disampaikan secara lembut. Jika para wali jaman dahulu berdakwah “Keno iwake ora buthek banyune” artinya seorang muballigh harus mampu membawa diri untuk mengajak kebaikan bukan malah memperkeruh keadaan yang justru akan terjadi penolakan di masyarakat.




Bab IV
Memahami Peta Keberagamaan Masyarakat

Masyarakat secara umum terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu muslim dan non muslim. Pada Prinsipnya dakwah Islam untuk semua manusia baik muslim maupun non muslim. Meskipun demikian dakwah Islam tidak bersifat memaksa tetapi bersifat kesadaran. Dakwah hanyalah bersifat nasehat dan ajakan, khusus kepada non muslim hanyalah bersifat pengenalan. Sedangkan bagi muslim bersifat peningkatan mutu keberagamaannya.
Secara garis besarnya muslim terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1.    Orang yang betul-betul Islamnya.
2.    Orang yang kebetulan Islamnya
3.    Orang yang tidak betul Islamnya
Dari ketiga kelompok muslim di atas semua membutuhkan dakwah Islam baik yang sudah betul-betul Islam, yang kebetulan Islam ataupun yang Islamnya tidak betul. Islam harus didakwahkan terus-menerus secara berkelanjutan, sebab manusia akan selalu berganti dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara alami manusia tidak terlahir langsung pandai atau langsung paham apa itu Islam walaupun seorang anak terlahir secara fitrah.
Manusia juga memiliki sifat yang senantiasa melekat yang yaitu sering lupa dan berbuat salah, siapapun dia dimanapun dia. Oleh karena itu selama hidupnya membutuhkan nasehat dan petunjuk untuk kehidupannya.
Orang-orang yang sudah betul-betul Islam memerlukan dakwah Islam dalam rangka menjaga keIslamannya juga dalam rangka memperkaya pemahaman keIslamannya untuk dapat disebarkan kepada yang lainnya.
Kepada yang kebetulan terlahir atau hidup di lingkungan orang Islam, biasanya Islam yang dipahami hanya bersifat warisan yang kadang-kadang Islam belum sebagai sebuah kesadaran tetapi hanya menjadi semacam adat sehingga kadang mengalami kejenuhan dalam pengamalan Islam, orang seperti ini membutuhkan dakwah Islam sebagai proses pembentukan kesadaran beragama.
Selanjutnya kepada orang yang Islamnya tidak betul dakwah Islam sangat dibutuhkan bagi mereka, karena orang-orang seperti ini biasanya menjadi menjadi atau pembuat masalah di masyarakat. Dakwah harus digencarkan kepada golongan tersebut dalam rangka untuk menyadarkan dan jika mampu membuat sistem memaksa kepada kelompok tersebut untuk berbuat baik secara agama atau hukum adat, sehingga dengan terpaksa mereka berbuat baik. Lebih baik mereka berbuat baik dengan terpaksa daripada berbuat masalah di masyarakat.





Bab IV
Kiat Berceramah yang Menarik



A.   Penampilan yang Menarik
Penampilan seorang muballigh sangat menentukan dalam berdakwah, karena masyarakat menilai seorang muballigh tidak hanya sekedar bagaimana dia berceramah, tetapi penampilan juga dinilai, bahkan sangat menentukan.
Pada zaman Rasulullah saw untuk memulai dakwah di Yatsrib atau Madinah, beliau mengutus Mushab bin Umair. Mushab bin Umair adalah seorang pemuda anak orang kaya di Mekkah. Mushab bin Umair sangat terkenal dengan ketampanannya dan suka berdandan.
Dengan ketampanan dan penampilan yang necis, serta dakwah Islam yang meyakinkan akhirnya masyarakat Madinah berhasil diajak kepada Islam. Dalam  masa selanjutnya Madinah menjadi pusat dakwah Nabi Muhammad saw.
Muballigh adalah pusat perhatian jama’ah atau masyarakat, jika berpenampilan yang tidak meyakinkan, maka jama’ah yang mengikuti dakwah seorang muballigh juga akan meragukan. Penampilan seorang muballigh akan menjadi  citra muballigh tersebut, jika penampilan  baik maka jama’ah akan menilai muballigh tersebut juga baik, tetapi jika penampilan seorang muballigh jelek/buruk maka jama’ah mungkin juga akan menilai bahwa muballigh tersebut tidak baik.

B.   Tepat Waktu
Seorang muballigh adalah orang yang dibutuhkan orang banyak. Oleh karena itu harus dapat menjaga kedisiplinan terutama waktu. Jika kita menyanggupi ceramah maka kita harus berusaha untuk tepat waktu. Jangan sampai jama’ah terlalu lama menunggu atau bahkan tidak dapat hadir tanpa memberi tahu kepada penyelenggara, sebab hal ini akan membuat kecewa semua. Sekali kita membuat kecewa, maka lain waktu kita tidak mendapat kepercayaan lagi.
Jika kita berhalangan hadir atau terlambat hadir mestinya memberi tahu jauh sebelum penyelenggaraan pengajian atau kajian dimulai sehingg tidak membuat panitia kalangkabut.
Kehadiran seorang muballigh, mestinya jangan mepet waktu pelaksanaan pengajian atau kajian. Hal ini memungkinkan seorang muballigh menata hati serta mempersiapkan materi lebih baik lagi.
Apabila seorang muballigh dapat hadir lebih awal, maka dia dapat melakukan observasi atau wawancara untuk mendapatkan gambaran jama’ah pengajian atau majlis ta’lim, sehingga dapat berdakwah sesuai dengan keadaan dan latar belakang jama’ah. Hal ini penting dilakukan terkait dengan hal-hal yang harus dijaga jangan sampai menyinggung perasaan dan mengucapkan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas di wilayah jama’ah tersebut.

C.   Bahasa yang Menarik
Bahasa yang menarik sebenarnya bukanlah sebuah kemahiran, tetapi ketrampilan artinya seseorang yang bukan ahli bahasa pun dapat berbahasa yang menarik asal mau belajar dan berlatih.
Bahasa yang menarik akan menjadi kunci sebuah ceramah, sebab bahasa yang kurang menarik akan mempengaruhi minat seseorang untuk mendengarkan sebuah ceramah kalaupun seseorang datang ke sebuah pengajian atau majlis ta’lim hanya sekedar menghadiri undangan atau hanya sekedar “mencari pahala”, sehingga pesan yang disampaikan oleh muballigh tidak sampai.
Bahasa yang menarik tidak harus membuat orang terkagum-kagum dengan gaya bahasa, atau dengan humor yang membuat orang terpingkal-pingkal. Tetapi dengan bahasa tersebut orang tertarik untuk mendengarkan. Diantara kiat berbahasa yang menarik yaitu :
1.    Menyampaikan dengan bahasa yang variatif/tidak monoton.
2.    Menyampaikan dengan vocal yang penuh sehingga semua yang hadir dapat mendengar dengan baik.
3.    Mengatur intonasi suara, dimaksudkan supaya jama’ah dapat membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting. Hal ini dapat diketahui intonasi suara serorang muballigh.
4.    Membuat humor atau cerita yang mendukung tema ceramah kita. Jangan sampai kita humor atau cerita asal membuat orang tertawa, hal ini sedapat mungkin dihindari sebab akan membuat kita tidak fokus dengan tema atau nilai yang akan kita sampaikan ke jama’ah.
5.    Menggunakan bahasa yang mengajak orang untuk berpikir, atau berdiskusi, diberi pertanyaan, atau mengajak jama’ah untuk membayangkan atas apa yang kita sampaikan atau akibat tertentu jika jama’ah tidak melakukan apa yang kita sampaikan. Artinya dakwah tidak hanya bersifat verbal, tetapi mampu menggelitik hati dan pikiran jama’ah. Jika hal ini dilakukan maka jama’ah tidak akan mengantuk mendengar sebuah ceramah. Biasanya ceramah yang ditinggalkan jama’ah karena jama’ah tidak terlibat di dalam kegiatan pengajian atau kajian.
6.    Memperkaya bahasa dengan puisi, pantun atau peribahasa. Hal ini sebenarnya sangat menarik didengarkan, tetapi kadang kita tidak memiliki ketrampilan ini. Oleh karena itu kita mestinya rajin mencatat dan mengucapkan berulang-ulang baik puisi atau pantun tersebut hasil mendengar orang lain atau membuat sendiri.

D.   Ketrampilan
Menjadi muballigh yang menarik membutuhkan ilmu, teknik, serta latihan yang banyak. Banyaknya seseorang berceramah sangat menentukan dalam berceramah. Tetapi jika kita amati sebenarnya yang dibutuhkan adalah latihan, artinya orang yang memulai berceramahpun dapat menarik asal mau berlatih sebelum naik mimbar.
Seorang muballigh yang berkaliber nasional atau internasionalpun akan selalu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebelum menyampaikan ceramahnya. Seorang muballigh dapat tampil dengan profesional jika mampu tampil menarik dan memenuhi tema yang direncanakan, maka seorang muballigh juga harus mencari banyak rujukan, baik yang bersifat materi ceramah atau rujukan agar menyampaikan dengan semenarik mungkin. Bahkan dalam dunia hiburanpun seorang dapat tampil memikat karena ada tim kreatif yang tidak muncul dengan sendirinya. Maka yang dibutuhkan yaitu persiapan yang matang baik materi ceramah atau cara menyampaikan yang tepat.




Bab  V
Membangun Karakter Muballigh


Bagaimanakah karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang muballigh?
Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang muballigh ada tiga macam yaitu, :
1.    Harus selalu meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2.    Harus selalu berupaya menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat, maupun hubungan sejawat dengan sesama muballigh.
3.    Harus selalu siap sedia berjihad di medan dakwah, seberat apapun yang harus dilakukan.

A.   Akhlaq Muballigh
Akhlaq seorang muballigh akan selalu diperhatikan oleh masyarakat. Oleh karena itu seorang da’i harus benar-benar ekstra hati-hati dalam melakukan sesuatu baik ketika ia menyampaikan dakwahnya, maupun ketika di luar kegiatan dakwah secara resmi. Sebab apapun gerak-gerik seorang muballigh, juga mengandung unsur dakwah dan contoh bagi masyarakat.
Seorang muballigh untuk senantiasa istiqomah dalam ketaatan kepada Allah SWT, karena ketaatan dan keistiqomahan inilah yang nantinya dapat membawa keberhasilan dakwah. Dia akan dapat berbuat tersebut, jika memang dilandasi dengan keikhlasan yang tinggi…

B.   Pentingnya Lembaga Dakwah
Selanjutnya seorang muballigh tidak dapat bekerja sendiri dalam dakwahnya. Dia memerlukan peran serta dari berbagai pihak, demi berlangsungnya dakwah. Di samping itu seorang muballigh adalah manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan, sehingga bantuan baik pemikiran, saran, kritik dan bantuan bentuk lain diperlukan seorang muballigh. Oleh karena itu dalam hal ini masyarakatpun harus tahu akan kebutuhan seorang muballigh baik segi materi/ekonomi, atau kebutuhan peningkatan profesionalitas muballigh.
Sering kali masyarakat kurang peduli dengan kepentingan seorang muballigh sebagai manusia. Kebanyakan masyarakat menuntut supaya seorang muballigh harus dapat memberikan contoh dalam segala hal. Oleh karena itu dalam masyarakat orang yang mau terjun dalam dunia dakwah sangat sedikit sekali, bahkan banyak lulusan Perguruan Tinggi Agama banyak yang enggan melakukan aktivitas dakwah. Karena mungkin tidak terlalu menjanjikan secara materi. Dalam masyarakat seolah-olah muballigh terkesan sebagai pekerjaan bagi para pengangguran. Apalagi sebagai ustadz TKA-TPA, kebanyakan hanya untuk menunggu waktu mendapat pekerjaan, atau menunggu nikah bagi ustadzah. Dakwah dengan begitu tidak berjalan lancar, karena masyarakat sendiri kurang menghargai profesi ini.
Disinilah penting adanya suatu lembaga dakwah, dimana masyarakat secara umum dapat berperan serta dalam dinamika dakwah. Bagi para aghniya’  (kalangan kaya) dapat menyumbangkan sebagian kekayaannya, sehingga para aktivis dakwah tidak terlalu terbebani masalah transport, dan biaya akomodasi lainnya. Sebab banyak para aktivis yang di samping pelaku dakwah itu sendiri. Memang kebanyakan masyarakat maunya tinggal menerima dakwah dan gratis. Padahal kalau kita mau berpikir sejenak bahwa menerima atau melakukan sesuatu pada hakekatnya tidak ada yang gratis. Oleh karena itu lembaga dakwah memiliki tugas mengkoordinasikan dan memenej kegiatan dakwah baik segi kegiatan maupun pendanaannya.
Dalam QS. Ash-Shaff ayat 11 : “Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”


C.   Sinergi Dan Kerjasama Antar Posisi dan Lembaga
Di samping memerlukan pembiayaan dakwah juga membutuhkan kerjasama dalam masyarakat, sebagaimana dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika kamu melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tanganmu (kekuasaanmu), jika tidak mampu maka dengan lisanmu,dan jika tidak mampu dengan hatimu: (HR. Bukhari)
Jadi disinilah sesungguhnya dakwah bukanlah pekerjaan melulu seorang muballigh, tetapi pekerjaan semua pihak sesuai dimana dia berada pada kedudukan apa saja. Karena pada hakekatnya Islam merupakan agama dakwah, sehingga setiap diri muslim dia adalah seorang muballigh.
Bagi yang memiliki tangan atau kekuasaan, maka dia harus memanfaatkan kekuasaanya itu untuk kepentingan dakwah Islamiyah. Bagi yang mempunyai kepandaian berbicara maka dapat menggunakan lisannya berdakwah. Sedangkan bagi yang tidak memiliki keduanya, maka dengan hatinya. Maksudnya supaya dia selalu berdoa agar dakwah dapat berjalan dengan baik, dan mau mendoakan orang-orang yang berbuat mungkar, supaya kembali ke jalan kebenaran.

D.   Kesiapan Mental dan Fisik
Kesiapan mental dan fisik ini sangat dibutuhkan oleh seorang da’i. Karena medan dakwah bukan suatu bidang yang ringan, yang membutuhkan pemikiran, jiwa yang sabar, serta fisik yang kuat. Jika hal itu tidak dimiliki para muballigh, maka dakwah tidak dapat berjalan secara optimal.
Kesiapan mental dapat berupa dengan mempertebal rasa percaya diri, caranya dengan meningkatkan wawasan, pengetahuan. Baik pengetahuan agama maupun umum. Di samping itu dakwah bukanlah pekerjaan asal-asalan, sehingga da’i pun harus membekali ketrampilan teknis, baik itu tentang manajemen dakwah, retorika, psikologi, maupun ilmu-ilmu pendukung yang lain. Jangan sampai seorang muballigh hanya mempunyai wawasan yang dangkal, sehingga nantinya sasaran dakwah (mad’u) bosan dan meninggalkan, ataupun jika tidak demikian dakwah tidak lagi memiliki daya rubah masyarakat. Masyarakat tidak lagi dinamis ke arah kebaikan, akan tetapi statis atau justru merosot derajat keberagamannya.
Banyak terjadi kesalahpahaman di kalangan masyarakat tentang agama, sehingga timbul sekte-sekte dalam masyarakat yang antara satu dengan yang lainnya saling menyalahkan dan bermusuhan. Hal ini bermula dari adanya wawasan sempit da’i, sehingga memandang bahwa dialah yang paling benar dan terbaik. Kemudian timbullah eksklusifisme dalam masyarakat, mereka tidak mau bergaul layaknya anggota masyarakat yang lain.
Pengetahuan umumpun memiliki makna penting, karena sebenarnya dakwah harus dapat memasuki semua bidang kehidupan. Artinya bahwa semua profesi haruslah dibimbing dengan moralitas agama, sehingga jangan sampai ada satu bidangpun terlepas dari jangkauan dakwah. Karena bidang satu dan yang lain saling berkaitan.
Seorang muballigh di samping memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup, juga perlu menjaga kesehatan fisiknya. Karena dakwah memerlukan tenaga dan ketahanan tubuh yang prima. Sehingga perlu menjaga pola makan, istirahat serta olah raga yang cukup. Tidak lucu kalau seorang muballigh sakit-sakitan. Dakwah adalah medan jihad yang memerlukan orang-orang yang kuat mental dan fisik.

E.    Komitmen Terhadap Dakwah
Dalam masyarakat yang serba canggih dan modern, tantangan hidup tidak semakin ringan. Begitupun tantangan dakwah juga semakin beragam dan berat. Oleh karena itu sikap komitmen terhadap dakwah ini harus dimiliki  oleh insan-insan muballigh. Mengapa demikian? Karena banyak juga terjadi seseorang yang memposisikan dirinya sebagai seorang muballigh hanya untuk batu loncatan, atau hanya demi kepentingan duniawi.
Ada sebagaian da’i setelah mencapai ketenaran kemudian menjadikan dirinya untuk memiliki nilai komersial lebih tinggi, dengan dalih profesionalitas. Di lain tempat ada juga seorang muballigh berusaha meraih jabatan publik dengan memanfaat nama yang sudah banyak dikenal, dengan harapan dukunganpun akan banyak.
Apakah seorang muballigh atau da’i tidak boleh memiliki jabatan duniawi? Tentu saja boleh, di sini yang diperlukan adalah komitmen dia terhadap perjuangan dakwah Islamiyah. Mengapa demikian? Karena banyak para muballigh  yang beralih atau merangkap jabatan, maka kebanyakan di antara mereka kemudian disibukkan oleh jabatan barunya.
Seharusnya dengan adanya jabatan yang dia miliki semakin besar komitmennya dalam kegiatan dakwah, jika waktu sudah tidak memungkinkan lagi, setidaknya dalam lingkungannya dakwah tetap dijalankan dan nama besar dirinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah, ataupun dana yang dia punyai dapat dialokasikan sebagian untuk kepentingan dakwah. Dengan demikian dakwah akan dapat berjalan di semua lini bidang kehidupan.

F.    Bersahabat Dengan Semua Kalangan
Hal ini harus dipunyai oleh seorang muballigh. Karena seorang da’i mau tidak mau harus berjumpa dan berhubungan dengan mereka. Bersikap sahabat terhadap mereka semua adalah sesuatu yang harus dilakukan. Karena seseorang tidak akan mau menerima nasehat atau dakwah agama, jika dia agama mengambil sikap sebagai musuh. Meskipun dalam hal-hal tertentu mungkin sedikit banyak ada perbedaan sifat dan sikap.
Demikianlah beberapa hal yang semestinya menjadi sikap dan kepribadian seorang muballigh. Semoga diri kita termasuk muballigh atau da’i yang mampu membawakan risalah agama Islam  dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya.





Bab VI
Penutup

A.   Kesimpulan
Muballigh adalah sebuah tugas agama yang harus ada di masyarakat.  Jika tidak ada yang mau menyampaikan pesan-pesan agama tentu saja masyarakat akan jauh dari agama dan kehidupan akan binasa jika agama hanya sebatas teori belaka, harus ada orang yang senantiasa sabar mengingatkan akan kebaikan serta menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai yang merusak.
Oleh karena itu muballigh membutuhkan perangkat yang memadai agar ajakannya dapat menarik masyarakat, agama harus dapat dikemas sedemikian rupa, sehingga agama menjadi sesuatu yang menarik, bukan sesuatu yang berat bagi masyarakat. Untuk itu muballigh harus :
1.    Melatih ketrampilan dakwahnya serta selalu menambah wawasan, jangan sampai dakwah yang dilakukan monoton dan membosankan, yang akhirnya akan dijauhi masyarakat.
2.    Seorang muballigh perlu selalu menjaga penampilan dan selalu komitmen dengan nilai-nilai Islam, karena dia menjadi pusat perhatian kehidupan agama masyarakat.


B.   Saran-saran
1.    Menjadi muballigh harus senantiasa tetap sabar dalam berbagai keadaan.
2.    Manfaatkan kesempatan dan kepercayaan masyarakat, jangan sampai masyarakat menjauhi agama karena perilaku kita sebagai seorang muballigh yang buruk, karena seorang muballigh menjadi sandaran keberagamaan masyarakat.






Daftar Bacaan

1.    Departemen Agama Republik Indonesia, .Al-Qur’an dan Terjemahnya
2.    Abul A’la Al Maududi, Petunjuk Untuk Juru Da’wah, PT Al-Ma’arif, Bandung, 1982
3.    KHM Isa Anshary, Mujahid Da’wah, CV Diponegoro Bandung, 1995
4.    KH. Abdurrahman Arroisi, 30 Kisah Teladan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1991.
5.    Kidh Hidayat, MB. Rahimsah, 30 Dongeng Sebelum Tidur untuk Anak Muslim, Mitra Ummat, Surabaya,
6.    Ahmadi, Kumpulan Puisi




Lampiran
1.    Puisi-puisi

Kang Selamat lan Kang Dilaknat
Ahmadi


Urip ono ing jagat pancen singkat
mulo ngati-ati lan cermat
ojo sembrono ojo nekat
miturut, mituhu piwulang kebak ing taat
piwulang Al-Qur’an kang kebak hikmat

Ojo dumeh pejabat
lali ngibadah lali sholat
senenge khianat  demen nglarani rakyat
rakyat kudune taat marang pejabat kang amanat

Ora rakyat ora pejabat
yen demen laku jahat
marang Allah ora taat
marang sepodo-podo ora hormat
sugih bondo nanging ora zakat
wajibe ngaji nanging ora mangkat
sakwise tuwo stroke kumat
during tobat tamat riwayat
besok neng akhirat bakal pinaringan laknat
disikso dening malaikat
larane ora mekakat ora podo kuat
isane mung sambat-sambat

ora mati among sekarat
sakjekjumlek tanpo kendat

Panacen menawi ora  pikantuk hidayat
urip bakal sasar lan sesat
mboten purun ngibadah sholat
kepireng pengajian malah jingkat
nggeblas lungo malah minggat
rugi ndonya lan rugi akhirat

Sewalike wong kang bagus besok selamat
ing ndonya giat marang Allah taat
marang sepodo-podo hormat
ngibadahe tanpo kendat
ora ono sing kaliwat
ing wektu longgar lan gawat darurat

Yen mengkono iku tembe mlebu ing surgo kang kebak nikmat
dahar ngunjuk sarwo sarwi lezat
dencawisake widodari cantik memikat
kendaraane buroq kang cepat koyo kilat
omahe matingkat-tingkat
tanpo lara tansah sehat
saklawase tanpo kendat

Mengkono sederek nasibe wong ing jagat
wonten ingkang selamat wonten ingkang dipun laknat

Pleret, 10 September 2000

Kothong
Ahmadi

Dalam masa reformasi
rakyat sakit tak punya duit
E…. si kaya pusing karena pelit, sakit…sakit.
Lihat tuh si kempong
rakyat kecil hidup sulit
sudah rumah sempit pakaian hanya selempit
alas kaki sandal jepit
tak bisa makan cuma  komat-kamit

Lain si gembong
tinggal di rumah gedong
tak kenal tetangga lagaknya sombong
makannya banyak pakai enthong
kalau duduk di kursi bengkong

Lihat sekarang,
dalam masa krismon cuma mlompong
kemarin takut ditodong sekarang bengong
makannya lonthong hanya sepotong
sayurnya lompong
gak suka gotong royong
orang lain suruh nyokong
dia sendiri curi-curi pergi kayak meong

Kemarin gembong ngakali si kempong
sekarang kempong punya omong
reformasi dong !
Menjawablah si gembong:
“Saya di sini hanya ngisi yang lowong, di sini cuma momong
jangan dikira sombong.”
Reformasi penting,
lebih penting perut jangan kothong
Kempong tanya:”Perut siapa dong?”
Jawab gembong:”Ya perut gembong, apa tong.”
“Hu…..” celetuk kempong.

Karena kempong dan gembong cuma bisa ngomong
mereka mati kehabisan bokong

Thong….thong…..thong…..kothong..!
tiada kempong tiada gembong
semua mati hutan habis kobong
sapi mati kandang kosong tinggal tlethong
rumah-rumah gosong
hitam-hitam cuma porong
sunyi..
sepi…
kosong….

Sekian.

Pleret, 29 Agustus 1998

Manfaatke Wektu
Ahmadi

Kabeh manungso bakale tuwo bakale udzur
mripate kabur
kulite kendur
daharane bubur
agemane pating blangsur
mlakune gluyar-gluyur
pikirane kadang rodo ngawur
pangandikane sasar-susur

Wong mati iku werno-werno dedalane lan kahanane
ono kang mati sare ing duwur kasur
ono kang mati kejegur sumur
ono kang mati naliko numpak sepur
ono kang mati ing medan tempur
ono kang mati ketiban wit munggur
ono kang mati kemblekan gunung kapur
ono kang mati kelelekan susur

Mumpung taksih kaparingan panjang umur
pramilo mestinipun kito syukur
ngucap ingkang jujur
ngibadah ampun ngawur
monggo taubat ampun kebanjur
maring tonggo lan sedulur podho akur
ngagem ilmu agami Islam kang luhur
mugi kito saget mlebet surgo kang sarwo makmur
mboten mlaku mboten mbrangkang nanging kanthi mabur


Piyungan, 14 Agustus 2012


Donga Nyuwun Rezeki
Ahmadi

Mugi Allah paring rezeki ingkang kathah
lan ingkah barokah
syukur keporo turah-turah
keno kanggo mblanjani simah
keno kanggo biaya bocah sekolah
seko SD nganti kuliah
lan kanggo ragat anak nikah
ugo keno kanggo sangu ngibadah
mbayar zakat lan sedekah
keno kanggo tumbas omah lan sawah
ugo biso kanggo ziarah ono madinah
lan tindak haji ono mekah

Piyungan, 14 Agustus 2012



Orang Besar
Ahmadi

Orang besar bukanlah yang berbadan kekar
orang besar bukanlah yang berwajah sangar
bukan badannya apalagi perutnya yang besar
bukan pula yang berperilaku kasar
tetapi orang yang sabar berhati longgar
orang besar memiliki perhatian yang besar

Piyungan, 14 Agustus 2012


2.    Pantun-pantun


a.    Untuk memulai pengajian

Minum jamu, biar badan kuat
kita bertemu, dalam keadaan sehat.

Satu dua, tiga empat
Kita berjumpa, dalam keadaan sehat.

Setunggal kalih,  saklajengipun tigo.
Kepanggih malih, kawulo kang prasojo

Tiga puluh empat, lima puluh enam
Dalam keadaan sehat, dan masih beragama Islam

Tumbas telo, ing pasar mlati
Maring Alloh, kito memuji

Duwe tonggo, jenenge sarip
mumpung roso, mumpung urip

Godong salam, cemplungke kuali
Solawat salam, katur Kanjeng Nabi

Dolanan yoyo, ing pinggir kali
Ono ing radio, monggo sami ngaji

Bakso kuah, sambel ati
Kanthi basmalah kito awiti

b.    Untuk mengakhiri pengajian


Bakso kuah, campur nasi
Kanthi hamdalah, kito pungkasi


Burung Irian, burung cenderawasih
Cukup sekian, terima kasih

Kupat janure tuwo
Menawi lepat nyuwun ngapuro


Kupat janure limo
Menawi lepat nyuwun pangaksomo

Kupat kecemplung santen
Menawi lepat nyuwun pangapunten

Kupat disosor meri
Menawi lepat nyuwun sori

Jika anda ziarah ke medinah, jangan lupa ke makam nabi
Jika ada kami ada yang salah, jangan dimasukkan hati

Jika anda pergi ke jogja, jangan lupa mampir gembira loka
Jika ada salah kata, mohon dimaafkan saja

Menyang sawah sangune sambel ati
Menawi wonten ingkang salah ampun lebetke ati

Sego sambel iwak kali
kito ngandel pangandikane Nabi

Weteng ngelih disabuki
kepanggih malih kalih mas Ahmadi

Jika ada sumur di ladang boleh kita numpang mandi
jika ada umur yang panjang boleh kita ngeji lagi

Mbak Juminten, katon mlebu-metu
Nyuwun ngapunten, menawi klenta-klentu


Kupat diunthel-unthel
menawi lepat ampun nggrundel

c.    Untuk nasehat-nasehat

Tuku gelali, nyang pasar wage
ampun lali, ngibadahe
ampun lali, sedekahe
ampun lali, zakate
ampun lali, sholate

Lunyu-lunyu, mlesetake
Ngguya-nguyu, ora kebak isine

Mlayu-mlayu, nyehatake
Ngguya-ngguyu, katon nyenengake.

Iwak bandeng, le tuku neng semarang
biyen ibadah mempeng, saiki arang-arang

Pelem mentah, lakok dionceki
durung nikah, lakok wis isi

Dudu uyah, kok rasane asin
Isih bocah, nikah kok ora isin


Jebule umbah-umbah, wadahe basi
Jebule kepekso nikah, krono wus isi.

Dadine klopo diparut-parut
Wong tuwo kalangkabut

Kathok suwek didondomi
Lakok wis tuwek isih kemaki

Theklek kecemplung kali
Uwis tuwek isih kemaki

Theklek neng krikilan
Uwis tuwek lakok pethakilan

Jogja Semarang, memang agak jauh
pancen jarang, kang sregep jamaah shubuh

Karanganom, kidul Jejeran
Bocah enom, senenge pacaran

Menyang kretek, menyang parangtritis
Lakok wis tuwek, maksiate ora uwis-uwis

Nginteri gabah, gabahe wadahi goni
Mestine ngibadah, golek dalan kang diridloi

kolang kaling, digawe wedang ronde
yo sing eling, jo nggugu nafsune dewe

3.    Ungkapan-ungkapan Bijak

Wong jujur bakale mujur, wong ra jujur bakale kojur

Griyak-griyak waton tumindak, gremat-gremet waton slamet

Wong kang ora purun ngaji bakal keblasak, keblesek, keblusuk, ing neroko.

Wong kang ora purun ngaji bakal kesasar, kesusur, keseser.

Orang hidup didunia banyak yang saling gosok, gesek, dan gasak.

Kabar, yang kabur, harus dikubur, jangan berkata ngawur, supaya selamat tidak hancur.

Jika tak ingin difitnah, banyak bergaul dengan ramah,
 jangan buat orang lain susah, jangan membuat masyarakat resah dan gelisah.

Kalau tak mau dicuri harus suka memberi.

Jika ingin mulia hiduplah sederhana.

Jika tak ingin dicurigai, janganlah suka menyendiri.

Hidup adalah cobaan dan ujian, maka  agar lulus jangan pernah berhenti belajar.
Hidup adalah perjuangan, maka jangan mengeluh ketika berkorban.
Waktu tak pernah terulang, maka jangan sia-siakan.

Orang yang tak mau menggunakan akalnya adalah sebenarnya telah mati walaupun dia makan minum kesana-kemari, karena hidup tidak hanya sekedar makan minum tetapi harus mau mengabdi dan berkreasi.

Orang bijak adalah orang yang mampu menasehati dirinya sendiri sebelum menasehati orang lain.

Orang bijak adalah orang yang mampu menghadirkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan mau membagi kebahagiaan dengan orang lain.

Pahlawan adalah seorang yang memiliki kemauan dan keberanian melakukan kebaikan, kebenaran dan keadilan.

Pahlawan adalah orang yang bahagia jika dapat memberikan kebahagiaan kepada orang banyak.

Kebahagiaan hanya akan dimiliki oleh orang yang banyak beramal kebaikan.

Orang yang taqwa lebih banyak memaafkan daripada minta maaf artinya orang taqwa jarang berbuat salah.

Orang yang taqwa senantiasa memberi apapun keadaannya, baik kaya atau miskin, baik susah atau senang.



Sekilas tentang Penulis

Penulis lahir pada tanggal 13 Juni 1969, di sebuah kampung bernama Trayeman desa Pleret, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul. Oleh orangtua diberi nama Ahmadi, sebuah nama sekaligus doa agar di kemudian hari menjadi anak yang baik. Ashfiya adalah nama orangtua.
Sejak kecil penulis senang kegiatan dakwah, baik di masjid, tpa, dan ceramah dimana-mana baik kepada anak-anak, remaja, maupun orang tua. Pendidikan dijalani di SD Putren II, SMP Pleret, SMA 5 Yogyakarta dan sempat kuliah di IKIP Yogyakarta. Pendidikan nonformal belajar Al-Qur’an melalui Bp. Wiratno yang merupakan santri Masjid Syuhada Yogyakarta serta dengan guru-guru ngaji lainnya. Pernah juga nyantri di Pesantren Al-Aziziyah Bedukan Pleret asuhan Bp. Kyai Yazid yang khusus mempelajari Nahwu Sharaf, pernah juga mendapatkan pelatihan trainer Bahasa Arab di Cipayung Bogor tahun 2001 yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Pemuda dan Luar Sekolah, pernah juga mengikuti Kursus Studi Al-Qur’an di  AMM Kotagede Yogyakarta.
Pengalaman organisasinya saat ini sebagai Ketua Umum Badko TPA-TPA Kab. Bantul, Pengasuh Pengajian Malam Ahad Trayeman Pleret Bantul, Pengajian Ahad Pagi Masjid Baiturrahman Trayeman, menjadi ustadz pengampu Al-Qur’an di Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pleret, menjadi khotib Jum’at di beberapa Masjid, dan saat ini tercatat sebagai penyuluh agama Islam di kementerian agama kabupaten Bantul serta menjadi trainer Ustadz di Badko TKA-TPA Prop. DI. Yogyakarta, serta menjadi penceramah di beberapa majlis ta’lim.
Buku ini disusun dalam rangka memberikan sedikit pengalaman selama berdakwah agar dapat menjadi bekal, bagi siapa saja yang memiliki minat berdakwah, terutama masyarakat pedesaan yang senantiasa membutuhkan siraman rohani.
Bagi yang berminat dengan model dakwah penulis, dapat menghubungi lewat no. 0274 6510131 atau membutuhkan penceramah dan trainer tentang dakwah.





Catatan :
Apa yang dapat menarik pendengar dan harus aku lakukan ketika berceramah :


1.
2.
3.
4.
5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar