Judul : Menjadi Mubaligh Yang Menarik
Oleh : Ahmadi (02746510131)
Abstraksi
Menjadi
muballigh bukanlah tugas orang atau kelompok tertentu, tetapi tugas kita
bersama sebagai seorang muslim. Karena setiap orang yang memiliki kewajiban
menyampaikan Islam walaupun hanya satu ayat sebagaimana sabda Nabi saw:
“Sampaikan dariku walau hanya satu ayat!” Oleh karena itu kita mestinya jangan
hanya membebankan dakwah Islam hanya untuk orang tertentu. Di samping itu jika
kita mau berdakwah akan menjadi modal pahala kita di akherat kelak.
Kebanyakan
muballigh masih berkutat kepada penyampaian pesan agama secara verbal,
maksudnya muballigh hanya sekedar menyampaikan pesan agama sedangkan dia
sendiri belum dapat menjadi contoh di masyarakat dalam pengamalan agama. Tentu
saja hal ini dapat mengurangi kapasitasnya sebagai seorang muballigh, sebab
ternyata masyarakat menilai kualitas penyampaian dakwah tidak sekedar materi
yang disampaikan seorang muballigh tapi juga menilai sejauh mana muballigh
tersebut mengamalkan apa yang disampaikan.
Jika seorang
muballigh pandai pidato yang begitu menarik, mengesankan tetapi sisi lain tidak
dapat mengamalkan, maka muballigh seperti ini lebih berperan sebagai artis yang memberikan hiburan
di masyarakat, tetapi dakwahnya tidak sampai memberikan pencerahan dalam
kehidupan keagamaan masyarakat.
Jaman
yang senantiasa berubah masyarakat pada umumnya membutuhkan hiburan untuk
menghilangkan stres/beban hidup yang semakin berat dan semakin beragam. Oleh
karena itu masyarakat membutuhkan sosok muballigh yang dapat menarik masyarakat
sekaligus dapat menyampaikan nilai-nilai agama yang mencerahkan kehidupan
manusia, tidak hanya sekedar memberikan hiburan semata.
Bab I
Pendahuluan
Menjadi muballigh bukanlah tugas
orang atau kelompok tertentu, tetapi tugas kita bersama sebagai seorang muslim.
Karena setiap orang yang memiliki kewajiban menyampaikan Islam walaupun hanya
satu ayat sebagaimana sabda Nabi saw: “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat!”
Oleh karena itu kita mestinya jangan hanya membebankan dakwah Islam hanya untuk
orang tertentu. Di samping itu jika kita mau berdakwah akan menjadi modal
pahala kita di akherat kelak.
Secara
bahasa Muballigh berasal dari kata bal-la-gha yang berarti menyampaikan atau
banyak menyampaikan. Muballigh adalah bentuk fa’il yang memiliki makna pelaku
atau orang yang menyampaikan. Muballigh secara pengertian memiliki makna yaitu
sebutan seseorang yang menyampaikan dakwah Islam dan orang tersebut menjadi
contoh bagi orang lain dalam pengamalan Islam.
Kebanyakan
muballigh masih berkutat kepada penyampaian pesan agama secara verbal,
maksudnya muballigh hanya sekedar menyampaikan pesan agama sedangkan dia
sendiri belum dapat menjadi contoh di masyarakat dalam pengamalan agama. Tentu
saja hal ini dapat mengurangi kapasitasnya sebagai seorang muballigh, sebab
ternyata masyarakat menilai kualitas penyampaian dakwah tidak sekedar materi
yang disampaikan seorang muballigh tapi juga menilai sejauh mana muballigh
tersebut mengamalkan apa yang disampaikan.
Jika
seorang muballigh pandai pidato yang begitu menarik, mengesankan tetapi sisi
lain tidak dapat mengamalkan, maka muballigh seperti ini lebih berperan
sebagai artis yang
memberikan hiburan di masyarakat, tetapi dakwahnya tidak sampai memberikan
pencerahan dalam kehidupan keagamaan masyarakat.
Jaman
yang senantiasa berubah masyarakat pada umumnya membutuhkan hiburan untuk
menghilangkan stres/beban hidup yang semakin berat dan semakin beragam. Oleh
karena itu masyarakat membutuhkan sosok muballigh yang dapat menarik masyarakat
sekaligus dapat menyampaikan nilai-nilai agama yang mencerahkan kehidupan
manusia, tidak hanya sekedar memberikan hiburan semata.
Bab II
Prinsip
Dakwah
Dakwah memiliki beberapa prinsip yang semestinya
menjadi pegangan setiap da’i atau muballigh di antaranya yaitu :
A.
Memandaikan orang yang
bodoh
B.
Memberi tahu orang yang
tidak tahu
C.
Mencukupi orang yang
kekurangan
D.
Memperbaiki yang kurang
baik atau tidak baik
E.
Mengobati yang sakit
F.
Memperbanyak saudara/teman
bukan memperbanyak musuh.
G.
Menghibur orang yang
kesusahan
H.
Menyatukan yang berserakan
atau yang pecah
I.
Memberi maaf orang yang
minta maaf atau bertaubat
J.
Mengutamakan kepentingan
jama’ah daripada pribadi
K.
Menjunjung tinggi kebenaran
Dengan beberapa prinsip di atas dakwah akan
mendapatkan kesuksesan, muballigh yang dapat melakukan semua di atas akan
bermanfaat yang banyak bagi masyarakat. Oleh karena itu idealnya seorang
muballigh adalah memiliki kekayaan yang cukup jika tidak dibilang kaya, karena
dengan kekayaan sangat penting.
Umumnya kita lebih menghormati orang-orang kaya
daripada orang yang suka berdakwah. Kebanyakan kita lebih cenderung mengukur
materi daripada akhlak. Kebanyakan lebih menghormati orang yang dapat mencukupi kebutuhan fisik
daripada orang yang membantu secara non fisik. Sehingga banyak orang yang
tertarik mengikuti ajaran seseorang yang
memberikan bantuan materi atau menjanjikan materi.
Orang melaksanakan sebuah kegiatan biasanya
memiliki tujuan-tujuan tertentu atau ingin mendapatkan sesuatu dari kegiatan
tersebut. Kebanyakan kita melaksanakan sesuatu yang memberikan keuntungan yang
bersifat keduniaan. Oleh karena itu kita kesulitan berdakwah kepada orang yang
lapar, sakit, atau miskin. Mereka membutuhkan dakwah kita tetapi dakwah kita
akan dapat diterima jika kita juga mampu memberikan apa yang mereka butuhkan.
Orang sakit butuh obat, orang lapar butuh makan, orang susah butuh hiburan
dsb. Orang yang sekedar memberikan
pengertian-pengertian agama tetapi tidak disertai bantuan yang dibutuhkan oleh
obyek dakwah biasanya hanya sekedar didengar tetapi tidak sampai pesan agama
yang disampaikan.
Betapa banyak orang yang “murtad” karena masyarakat tidak memperhatikan
kebutuhan saudaranya atau tetangganya, akhirnya diambil atau “diopeni(bahasa
Jawa)”.
Ada sebuah kasus di sebuah kampung santri yang
terkenal ke-Islaman-nya, tetapi dikejutkan dengan sebuah berita bahwa ada seorang
pendeta yang menjalankan misinya di sebuah tempat. Pendeta tersebut mengaku
dari “kampung santri” tersebut. Setelah diselidiki ternyata pendeta tersebut
dulunya seorang anak yang ditinggal mati orang tuanya dan tidak ada yang
memelihara, akhirnya dididik sebuah pendidikan yang mengajarkan agama tertentu
yang akhirnya dia mengikuti agama tersebut dan menjadi pendeta.
Mengapa hal di atas dapat terjadi? Karena
masyarakat kurang peduli terhadap sekitarnya dan akhirnya mereka kecolongan.
Bab III
Memahami Karakter Masyarakat
A.
Penyandaran Keberagamaan Masyarakat
Masyarakat secara umum menurut penulis lebih banyak yang menyandarkan
kehidupan keberagamaannya kepada seorang yang dianggap tokoh agama. Padahal secara hakiki sebenarnya
agama adalah tanggung jawab masing-masing orang kepada Tuhannya.
Oleh karena itu di
satu sisi orang harus lebih banyak belajar kepada banyak orang yang dianggap
tahu banyak tentang agama. Tetapi banyak juga orang yang hanya menyandarkan
kehidupan keberagamaannya kepada seseorang atau sering disebut “Taqlid”. Orang
tersebut menganggap bahwa “guru”nyalah yang paling benar sehingga dia tidak
perlu belajar di tempat lain.
Dengan keadaan
tersebut diatas maka dalam masyarakat sering terjadi kelompok-kelompok yang
mengatasnamakan agama dan mereka mengklaim kelompoknya yang benar.
Sebagai seorang
muballigh mestinya sikap di atas harus dihindari, seorang muballigh mestinya
memberikan wawasan yang luas kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak
terjebak pemahaman yang sempit dalam masalah agama dan justru membuat
kotak-kotak dalam kehidupan beragama. Jangan sampai karena kepentingan tertentu
yang bersifat duniawi mengalahkan kepentingan yang lebih baik yang bersifat
ukhrowi. Mestinya seorang muballigh memberikan pemahaman dan wawasan agama lebih
luas jangan justru mempersempit atau mendangkalkan pemahaman dan pengamalan
agama masyarakat.
B.
Masyarakat Lebih Senang Dicukupi
Masyarakat atau
kebanyakan kita biasanya lebih senang menerima daripada memberi. Dalam
kehidupan beragamapun sering juga terjadi seperti itu. Misalnya seseorang lebih
senang menjadi makmum daripada imam shalat dengan berbagai alasan. Jarang
berdo’a atau malas belajar do’a, lebih senang mewakilkan do’a kepada orang lain
yang dianggap lebih shalih atau dianggap lebih dekat dengan Allah sering
disebut “tabarukan”
Padahal perintah dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 186 disebutkan “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan
permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepadaKu. Hendaklah mereka
memenuhi (perintah)Ku dan beriman kepadaKu agar mereka memperolah kebenaran.”
Dengan demikian mestinya
seorang berdo’a secara langsung jangan lebih senang minta do’a. Bahkan karena
kemalasannya sampai mati ada yang hanya bisa AMIN saja (bahasa
ekstrimnya). Padahal menuntut ilmu
adalah wajib. Ibadah yang pokok adalah do’a, mestinya kita lebih banyak belajar
do’a, karena prinsipnya do’a adalah untuk kepentingan setiap diri kita
masing-masing.
Yang lebih aneh lagi
terjadi komersialisasi do’a dengan adanya pelayanan-pelayanan do’a. Hal tidak
bersifat mendidik tetapi justru membodohi masyarakat. Hal ini jika dilakukan
seorang muballigh justru kontra produktif dari sisi keberagamaan masyarakat.
C.
Masyarakat Bersifat Lembam
Masyarakat atau perorangan secara umum memiliki sifat lembam, yaitu
selalu berusaha mempertahankan apa yang merasa telah dimiliki atau berlaku dan
telah menjadi adat istiadat atau kebiasaan yang dilakukan. Masyarakat
sepertinya telah membuat hukum tersendiri bahwa apa yang telah lama berlaku di
masyarakat itulah yang dianggap benar. Jika datang pemahaman baru, lebih banyak cenderung menolak. Hal ini
sangat alamiah karena setiap benda baik hidup maupun mati memiliki sifat
mempertahankan diri.
Sebagai seorang
muballigh mestinya memahami karakter masyarakat yang demikian, karena akan
terjadi benturan-benturan, maka yang dibutuhkan adalah sikap lembut dan contoh
yang baik, serta dipahamkan bahwa agama adalah membawa kebaikan dan kebahagian
manusia maka harus disampaikan secara lembut. Jika para wali jaman dahulu
berdakwah “Keno iwake ora buthek banyune” artinya seorang muballigh harus mampu
membawa diri untuk mengajak kebaikan bukan malah memperkeruh keadaan yang
justru akan terjadi penolakan di masyarakat.
Bab IV
Memahami Peta Keberagamaan Masyarakat
Masyarakat secara umum terbagi
menjadi dua kelompok besar yaitu muslim dan non muslim. Pada Prinsipnya dakwah
Islam untuk semua manusia baik muslim maupun non muslim. Meskipun demikian
dakwah Islam tidak bersifat memaksa tetapi bersifat kesadaran. Dakwah hanyalah
bersifat nasehat dan ajakan, khusus kepada non muslim hanyalah bersifat
pengenalan. Sedangkan bagi muslim bersifat peningkatan mutu keberagamaannya.
Secara garis besarnya muslim terbagi
menjadi tiga kelompok yaitu :
1.
Orang yang betul-betul Islamnya.
2.
Orang yang kebetulan Islamnya
3.
Orang yang tidak betul Islamnya
Dari ketiga kelompok muslim di atas
semua membutuhkan dakwah Islam baik yang sudah betul-betul Islam, yang
kebetulan Islam ataupun yang Islamnya tidak betul. Islam harus didakwahkan
terus-menerus secara berkelanjutan, sebab manusia akan selalu berganti dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Secara alami manusia tidak terlahir
langsung pandai atau langsung paham apa itu Islam walaupun seorang anak
terlahir secara fitrah.
Manusia juga memiliki sifat yang
senantiasa melekat yang yaitu sering lupa dan berbuat salah, siapapun dia dimanapun
dia. Oleh karena itu selama hidupnya membutuhkan nasehat dan petunjuk untuk
kehidupannya.
Orang-orang yang sudah betul-betul
Islam memerlukan dakwah Islam dalam rangka menjaga keIslamannya juga dalam
rangka memperkaya pemahaman keIslamannya untuk dapat disebarkan kepada yang
lainnya.
Kepada yang kebetulan terlahir atau
hidup di lingkungan orang Islam, biasanya Islam yang dipahami hanya bersifat
warisan yang kadang-kadang Islam belum sebagai sebuah kesadaran tetapi hanya
menjadi semacam adat sehingga kadang mengalami kejenuhan dalam pengamalan
Islam, orang seperti ini membutuhkan dakwah Islam sebagai proses pembentukan
kesadaran beragama.
Selanjutnya kepada orang yang
Islamnya tidak betul dakwah Islam sangat dibutuhkan bagi mereka, karena orang-orang
seperti ini biasanya menjadi menjadi atau pembuat masalah di masyarakat. Dakwah
harus digencarkan kepada golongan tersebut dalam rangka untuk menyadarkan dan
jika mampu membuat sistem memaksa kepada kelompok tersebut untuk berbuat baik
secara agama atau hukum adat, sehingga dengan terpaksa mereka berbuat baik.
Lebih baik mereka berbuat baik dengan terpaksa daripada berbuat masalah di
masyarakat.
Bab IV
Kiat
Berceramah yang Menarik
A.
Penampilan yang
Menarik
Penampilan seorang muballigh sangat menentukan dalam berdakwah, karena
masyarakat menilai seorang muballigh tidak hanya sekedar bagaimana dia
berceramah, tetapi penampilan juga dinilai, bahkan sangat menentukan.
Pada zaman Rasulullah saw untuk memulai dakwah di Yatsrib atau Madinah,
beliau mengutus Mushab bin Umair. Mushab bin Umair adalah seorang pemuda anak
orang kaya di Mekkah. Mushab bin Umair sangat terkenal dengan ketampanannya dan
suka berdandan.
Dengan ketampanan dan penampilan yang necis, serta dakwah Islam yang
meyakinkan akhirnya masyarakat Madinah berhasil diajak kepada Islam. Dalam masa selanjutnya Madinah menjadi pusat dakwah
Nabi Muhammad saw.
Muballigh adalah pusat perhatian jama’ah atau masyarakat, jika
berpenampilan yang tidak meyakinkan, maka jama’ah yang mengikuti dakwah seorang
muballigh juga akan meragukan. Penampilan seorang muballigh akan menjadi citra muballigh tersebut, jika
penampilan baik maka jama’ah akan
menilai muballigh tersebut juga baik, tetapi jika penampilan seorang muballigh
jelek/buruk maka jama’ah mungkin juga akan menilai bahwa muballigh tersebut
tidak baik.
B.
Tepat Waktu
Seorang muballigh adalah orang yang dibutuhkan orang banyak. Oleh
karena itu harus dapat menjaga kedisiplinan terutama waktu. Jika kita
menyanggupi ceramah maka kita harus berusaha untuk tepat waktu. Jangan sampai
jama’ah terlalu lama menunggu atau bahkan tidak dapat hadir tanpa memberi tahu
kepada penyelenggara, sebab hal ini akan membuat kecewa semua. Sekali kita
membuat kecewa, maka lain waktu kita tidak mendapat kepercayaan lagi.
Jika kita berhalangan hadir atau terlambat hadir mestinya memberi tahu
jauh sebelum penyelenggaraan pengajian atau kajian dimulai sehingg tidak
membuat panitia kalangkabut.
Kehadiran seorang muballigh, mestinya jangan mepet waktu pelaksanaan
pengajian atau kajian. Hal ini memungkinkan seorang muballigh menata hati serta
mempersiapkan materi lebih baik lagi.
Apabila seorang muballigh dapat hadir lebih awal, maka dia dapat
melakukan observasi atau wawancara untuk mendapatkan gambaran jama’ah pengajian
atau majlis ta’lim, sehingga dapat berdakwah sesuai dengan keadaan dan latar
belakang jama’ah. Hal ini penting dilakukan terkait dengan hal-hal yang harus
dijaga jangan sampai menyinggung perasaan dan mengucapkan kata-kata yang
sebenarnya tidak pantas di wilayah jama’ah tersebut.
C.
Bahasa yang Menarik
Bahasa yang menarik sebenarnya bukanlah sebuah kemahiran, tetapi
ketrampilan artinya seseorang yang bukan ahli bahasa pun dapat berbahasa yang
menarik asal mau belajar dan berlatih.
Bahasa yang menarik akan menjadi kunci sebuah ceramah, sebab bahasa
yang kurang menarik akan mempengaruhi minat seseorang untuk mendengarkan sebuah
ceramah kalaupun seseorang datang ke sebuah pengajian atau majlis ta’lim hanya
sekedar menghadiri undangan atau hanya sekedar “mencari pahala”, sehingga
pesan yang disampaikan oleh muballigh tidak sampai.
Bahasa yang menarik tidak harus membuat orang terkagum-kagum dengan
gaya bahasa, atau dengan humor yang membuat orang terpingkal-pingkal. Tetapi
dengan bahasa tersebut orang tertarik untuk mendengarkan. Diantara kiat
berbahasa yang menarik yaitu :
1. Menyampaikan dengan bahasa yang variatif/tidak monoton.
2. Menyampaikan dengan vocal yang penuh sehingga semua yang hadir
dapat mendengar dengan baik.
3. Mengatur intonasi suara, dimaksudkan supaya jama’ah dapat
membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting. Hal ini dapat
diketahui intonasi suara serorang muballigh.
4. Membuat humor atau cerita yang mendukung tema ceramah kita.
Jangan sampai kita humor atau cerita asal membuat orang tertawa, hal ini sedapat
mungkin dihindari sebab akan membuat kita tidak fokus dengan tema atau nilai yang akan
kita sampaikan ke jama’ah.
5. Menggunakan bahasa yang mengajak orang untuk berpikir, atau
berdiskusi, diberi pertanyaan, atau mengajak jama’ah untuk membayangkan atas
apa yang kita sampaikan atau akibat tertentu jika jama’ah tidak melakukan apa
yang kita sampaikan. Artinya dakwah tidak hanya bersifat verbal, tetapi mampu
menggelitik hati dan pikiran jama’ah. Jika hal ini dilakukan maka jama’ah tidak
akan mengantuk mendengar sebuah ceramah. Biasanya ceramah yang ditinggalkan
jama’ah karena jama’ah tidak terlibat di dalam kegiatan pengajian atau kajian.
6. Memperkaya bahasa dengan puisi, pantun atau peribahasa. Hal ini
sebenarnya sangat menarik didengarkan, tetapi kadang kita tidak memiliki
ketrampilan ini. Oleh karena itu kita mestinya rajin mencatat dan mengucapkan
berulang-ulang baik puisi atau pantun tersebut hasil mendengar orang lain atau
membuat sendiri.
D.
Ketrampilan
Menjadi muballigh yang menarik membutuhkan ilmu, teknik, serta latihan
yang banyak. Banyaknya seseorang berceramah sangat menentukan dalam berceramah.
Tetapi jika kita amati sebenarnya yang dibutuhkan adalah latihan, artinya orang
yang memulai berceramahpun dapat menarik asal mau berlatih sebelum naik mimbar.
Seorang muballigh yang
berkaliber nasional atau internasionalpun akan selalu mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya sebelum menyampaikan ceramahnya. Seorang muballigh dapat tampil
dengan profesional jika mampu tampil menarik dan memenuhi tema yang direncanakan,
maka seorang muballigh juga harus mencari banyak rujukan, baik yang bersifat
materi ceramah atau rujukan agar menyampaikan dengan semenarik mungkin. Bahkan
dalam dunia hiburanpun seorang dapat tampil memikat karena ada tim kreatif yang
tidak muncul dengan sendirinya. Maka yang dibutuhkan yaitu persiapan yang
matang baik materi ceramah atau cara menyampaikan yang tepat.
Bab V
Membangun Karakter Muballigh
Bagaimanakah karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang
muballigh?
Karakter yang
seharusnya dimiliki oleh seorang muballigh ada tiga macam yaitu, :
1.
Harus selalu meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT.
2.
Harus selalu berupaya menjalin hubungan yang baik dan harmonis
dengan masyarakat, maupun hubungan sejawat dengan sesama muballigh.
3.
Harus selalu siap sedia berjihad di medan dakwah, seberat apapun
yang harus dilakukan.
A.
Akhlaq Muballigh
Akhlaq seorang muballigh akan selalu diperhatikan oleh masyarakat.
Oleh karena itu seorang da’i harus benar-benar ekstra hati-hati dalam melakukan
sesuatu baik ketika ia menyampaikan dakwahnya, maupun ketika di luar kegiatan
dakwah secara resmi. Sebab apapun gerak-gerik seorang muballigh, juga
mengandung unsur dakwah dan contoh bagi masyarakat.
Seorang muballigh untuk senantiasa istiqomah dalam ketaatan kepada
Allah SWT, karena ketaatan dan keistiqomahan inilah yang nantinya dapat membawa
keberhasilan dakwah. Dia akan dapat berbuat tersebut, jika memang dilandasi
dengan keikhlasan yang tinggi…
B. Pentingnya
Lembaga Dakwah
Selanjutnya seorang muballigh tidak dapat bekerja sendiri dalam
dakwahnya. Dia memerlukan peran serta dari berbagai pihak, demi berlangsungnya
dakwah. Di samping itu seorang muballigh adalah manusia biasa yang penuh dengan
keterbatasan, sehingga bantuan baik pemikiran, saran, kritik dan bantuan bentuk
lain diperlukan seorang muballigh. Oleh karena itu dalam hal ini masyarakatpun
harus tahu akan kebutuhan seorang muballigh baik segi materi/ekonomi, atau
kebutuhan peningkatan profesionalitas muballigh.
Sering kali masyarakat kurang peduli dengan kepentingan seorang
muballigh sebagai manusia. Kebanyakan masyarakat menuntut supaya seorang
muballigh harus dapat memberikan contoh dalam segala hal. Oleh karena itu dalam
masyarakat orang yang mau terjun dalam dunia dakwah sangat sedikit sekali,
bahkan banyak lulusan Perguruan Tinggi Agama banyak yang enggan melakukan
aktivitas dakwah. Karena mungkin tidak terlalu menjanjikan secara materi. Dalam
masyarakat seolah-olah muballigh terkesan sebagai pekerjaan bagi para
pengangguran. Apalagi sebagai ustadz TKA-TPA, kebanyakan hanya untuk menunggu
waktu mendapat pekerjaan, atau menunggu nikah bagi ustadzah. Dakwah dengan
begitu tidak berjalan lancar, karena masyarakat sendiri kurang menghargai
profesi ini.
Disinilah penting adanya suatu lembaga dakwah, dimana masyarakat
secara umum dapat berperan serta dalam dinamika dakwah. Bagi para aghniya’ (kalangan kaya) dapat menyumbangkan sebagian
kekayaannya, sehingga para aktivis dakwah tidak terlalu terbebani masalah
transport, dan biaya akomodasi lainnya. Sebab banyak para aktivis yang di
samping pelaku dakwah itu sendiri. Memang kebanyakan masyarakat maunya tinggal
menerima dakwah dan gratis. Padahal kalau kita mau berpikir sejenak bahwa
menerima atau melakukan sesuatu pada hakekatnya tidak ada yang gratis. Oleh
karena itu lembaga dakwah memiliki tugas mengkoordinasikan dan memenej kegiatan
dakwah baik segi kegiatan maupun pendanaannya.
Dalam QS. Ash-Shaff ayat 11 : “Hendaklah kamu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.
Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
C.
Sinergi Dan Kerjasama Antar Posisi dan Lembaga
Di samping memerlukan pembiayaan dakwah juga membutuhkan kerjasama
dalam masyarakat, sebagaimana dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika
kamu melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tanganmu (kekuasaanmu), jika
tidak mampu maka dengan lisanmu,dan jika tidak mampu dengan hatimu: (HR. Bukhari)
Jadi disinilah sesungguhnya dakwah bukanlah pekerjaan melulu
seorang muballigh, tetapi pekerjaan semua pihak sesuai dimana dia berada pada
kedudukan apa saja. Karena pada hakekatnya Islam merupakan agama dakwah,
sehingga setiap diri muslim dia adalah seorang muballigh.
Bagi yang memiliki tangan atau kekuasaan, maka dia harus
memanfaatkan kekuasaanya itu untuk kepentingan dakwah Islamiyah. Bagi yang
mempunyai kepandaian berbicara maka dapat menggunakan lisannya berdakwah.
Sedangkan bagi yang tidak memiliki keduanya, maka dengan hatinya. Maksudnya
supaya dia selalu berdoa agar dakwah dapat berjalan dengan baik, dan mau
mendoakan orang-orang yang berbuat mungkar, supaya kembali ke jalan kebenaran.
D.
Kesiapan Mental dan Fisik
Kesiapan mental dan fisik ini sangat dibutuhkan oleh seorang da’i.
Karena medan dakwah bukan suatu bidang yang ringan, yang membutuhkan pemikiran,
jiwa yang sabar, serta fisik yang kuat. Jika hal itu tidak dimiliki para
muballigh, maka dakwah tidak dapat berjalan secara optimal.
Kesiapan mental dapat berupa dengan mempertebal rasa percaya diri,
caranya dengan meningkatkan wawasan, pengetahuan. Baik pengetahuan agama maupun
umum. Di samping itu dakwah bukanlah pekerjaan asal-asalan, sehingga da’i pun
harus membekali ketrampilan teknis, baik itu tentang manajemen dakwah,
retorika, psikologi, maupun ilmu-ilmu pendukung yang lain. Jangan sampai
seorang muballigh hanya mempunyai wawasan yang dangkal, sehingga nantinya
sasaran dakwah (mad’u) bosan dan meninggalkan, ataupun jika tidak demikian
dakwah tidak lagi memiliki daya rubah masyarakat. Masyarakat tidak lagi dinamis
ke arah kebaikan, akan tetapi statis atau justru merosot derajat
keberagamannya.
Banyak terjadi kesalahpahaman di kalangan masyarakat tentang agama,
sehingga timbul sekte-sekte dalam masyarakat yang antara satu dengan yang
lainnya saling menyalahkan dan bermusuhan. Hal ini bermula dari adanya wawasan
sempit da’i, sehingga memandang bahwa dialah yang paling benar dan terbaik.
Kemudian timbullah eksklusifisme dalam masyarakat, mereka tidak mau bergaul
layaknya anggota masyarakat yang lain.
Pengetahuan umumpun memiliki makna penting, karena sebenarnya
dakwah harus dapat memasuki semua bidang kehidupan. Artinya bahwa semua profesi
haruslah dibimbing dengan moralitas agama, sehingga jangan sampai ada satu
bidangpun terlepas dari jangkauan dakwah. Karena bidang satu dan yang lain
saling berkaitan.
Seorang muballigh di samping memiliki pengetahuan dan wawasan yang
cukup, juga perlu menjaga kesehatan fisiknya. Karena dakwah memerlukan tenaga
dan ketahanan tubuh yang prima. Sehingga perlu menjaga pola makan, istirahat
serta olah raga yang cukup. Tidak lucu kalau seorang muballigh sakit-sakitan.
Dakwah adalah medan jihad yang memerlukan orang-orang yang kuat mental dan
fisik.
E.
Komitmen Terhadap Dakwah
Dalam masyarakat yang serba canggih dan modern, tantangan hidup tidak
semakin ringan. Begitupun tantangan dakwah juga semakin beragam dan berat. Oleh
karena itu sikap komitmen terhadap dakwah ini harus dimiliki oleh insan-insan muballigh. Mengapa demikian?
Karena banyak juga terjadi seseorang yang memposisikan dirinya sebagai seorang
muballigh hanya untuk batu loncatan, atau hanya demi kepentingan duniawi.
Ada sebagaian da’i setelah mencapai ketenaran kemudian menjadikan
dirinya untuk memiliki nilai komersial lebih tinggi, dengan dalih
profesionalitas. Di lain tempat ada juga seorang muballigh berusaha meraih
jabatan publik dengan memanfaat nama yang sudah banyak dikenal, dengan harapan
dukunganpun akan banyak.
Apakah seorang muballigh atau da’i tidak boleh memiliki jabatan
duniawi? Tentu saja boleh, di sini yang diperlukan adalah komitmen dia terhadap
perjuangan dakwah Islamiyah. Mengapa demikian? Karena banyak para
muballigh yang beralih atau merangkap
jabatan, maka kebanyakan di antara mereka kemudian disibukkan oleh jabatan barunya.
Seharusnya dengan adanya jabatan yang dia miliki semakin besar
komitmennya dalam kegiatan dakwah, jika waktu sudah tidak memungkinkan lagi,
setidaknya dalam lingkungannya dakwah tetap dijalankan dan nama besar dirinya
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah, ataupun dana yang dia punyai dapat
dialokasikan sebagian untuk kepentingan dakwah. Dengan demikian dakwah akan
dapat berjalan di semua lini bidang kehidupan.
F.
Bersahabat Dengan Semua Kalangan
Hal ini harus dipunyai oleh seorang muballigh. Karena seorang da’i mau tidak mau
harus berjumpa dan berhubungan dengan mereka. Bersikap sahabat terhadap mereka
semua adalah sesuatu yang harus dilakukan. Karena seseorang tidak akan mau
menerima nasehat atau dakwah agama, jika dia agama mengambil sikap sebagai
musuh. Meskipun dalam hal-hal tertentu mungkin sedikit banyak ada perbedaan
sifat dan sikap.
Demikianlah beberapa hal yang semestinya menjadi sikap dan
kepribadian seorang muballigh. Semoga diri kita termasuk muballigh atau da’i
yang mampu membawakan risalah agama Islam
dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya.
Bab VI
Penutup
A.
Kesimpulan
Muballigh adalah sebuah tugas agama
yang harus ada di masyarakat. Jika tidak
ada yang mau menyampaikan pesan-pesan agama tentu saja masyarakat akan jauh
dari agama dan kehidupan akan binasa jika agama hanya sebatas teori belaka,
harus ada orang yang senantiasa sabar mengingatkan akan kebaikan serta
menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai yang merusak.
Oleh karena itu muballigh
membutuhkan perangkat yang memadai agar ajakannya dapat menarik masyarakat,
agama harus dapat dikemas sedemikian rupa, sehingga agama menjadi sesuatu yang
menarik, bukan sesuatu yang berat bagi masyarakat. Untuk itu muballigh harus :
1. Melatih
ketrampilan dakwahnya serta selalu menambah wawasan, jangan sampai dakwah yang
dilakukan monoton dan membosankan, yang akhirnya akan dijauhi masyarakat.
2. Seorang
muballigh perlu selalu menjaga penampilan dan selalu komitmen dengan
nilai-nilai Islam, karena dia menjadi pusat perhatian kehidupan agama masyarakat.
B.
Saran-saran
1. Menjadi
muballigh harus senantiasa tetap sabar dalam berbagai keadaan.
2. Manfaatkan kesempatan dan kepercayaan masyarakat, jangan sampai
masyarakat menjauhi agama karena perilaku kita sebagai seorang muballigh yang
buruk, karena seorang muballigh menjadi sandaran keberagamaan masyarakat.
Daftar Bacaan
1.
Departemen Agama
Republik Indonesia, .Al-Qur’an dan Terjemahnya
2.
Abul A’la Al
Maududi, Petunjuk Untuk Juru Da’wah, PT Al-Ma’arif, Bandung, 1982
3.
KHM Isa Anshary, Mujahid
Da’wah, CV Diponegoro Bandung, 1995
4.
KH. Abdurrahman
Arroisi, 30 Kisah Teladan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1991.
5.
Kidh Hidayat, MB.
Rahimsah, 30 Dongeng Sebelum Tidur untuk Anak Muslim, Mitra
Ummat, Surabaya,
6.
Ahmadi, Kumpulan
Puisi
Lampiran
1.
Puisi-puisi
Kang Selamat
lan Kang Dilaknat
Ahmadi
Urip ono ing
jagat pancen singkat
mulo
ngati-ati lan cermat
ojo sembrono
ojo nekat
miturut,
mituhu piwulang kebak ing taat
piwulang
Al-Qur’an kang kebak hikmat
Ojo dumeh
pejabat
lali
ngibadah lali sholat
senenge
khianat demen nglarani rakyat
rakyat
kudune taat marang pejabat kang amanat
Ora rakyat
ora pejabat
yen demen
laku jahat
marang Allah
ora taat
marang
sepodo-podo ora hormat
sugih bondo
nanging ora zakat
wajibe ngaji
nanging ora mangkat
sakwise tuwo
stroke kumat
during tobat
tamat riwayat
besok neng
akhirat bakal pinaringan laknat
disikso
dening malaikat
larane ora
mekakat ora podo kuat
isane mung
sambat-sambat
ora mati
among sekarat
sakjekjumlek
tanpo kendat
Panacen
menawi ora pikantuk hidayat
urip bakal
sasar lan sesat
mboten purun
ngibadah sholat
kepireng
pengajian malah jingkat
nggeblas
lungo malah minggat
rugi ndonya
lan rugi akhirat
Sewalike
wong kang bagus besok selamat
ing ndonya
giat marang Allah taat
marang
sepodo-podo hormat
ngibadahe
tanpo kendat
ora ono sing
kaliwat
ing wektu
longgar lan gawat darurat
Yen mengkono
iku tembe mlebu ing surgo kang kebak nikmat
dahar
ngunjuk sarwo sarwi lezat
dencawisake
widodari cantik memikat
kendaraane
buroq kang cepat koyo kilat
omahe
matingkat-tingkat
tanpo lara tansah
sehat
saklawase
tanpo kendat
Mengkono
sederek nasibe wong ing jagat
wonten
ingkang selamat wonten ingkang dipun laknat
Pleret, 10 September 2000
Kothong
Ahmadi
Dalam masa
reformasi
rakyat sakit
tak punya duit
E…. si kaya
pusing karena pelit, sakit…sakit.
Lihat tuh si
kempong
rakyat kecil
hidup sulit
sudah rumah
sempit pakaian hanya selempit
alas kaki
sandal jepit
tak bisa
makan cuma komat-kamit
Lain si
gembong
tinggal di
rumah gedong
tak kenal
tetangga lagaknya sombong
makannya
banyak pakai enthong
kalau duduk
di kursi bengkong
Lihat
sekarang,
dalam masa
krismon cuma mlompong
kemarin
takut ditodong sekarang bengong
makannya
lonthong hanya sepotong
sayurnya
lompong
gak suka
gotong royong
orang lain
suruh nyokong
dia sendiri
curi-curi pergi kayak meong
Kemarin
gembong ngakali si kempong
sekarang kempong punya omong
reformasi dong !
Menjawablah si gembong:
“Saya di sini hanya ngisi yang
lowong, di sini cuma momong
jangan dikira sombong.”
Reformasi penting,
lebih penting perut jangan kothong
Kempong tanya:”Perut siapa dong?”
Jawab gembong:”Ya perut gembong, apa
tong.”
“Hu…..” celetuk kempong.
Karena kempong dan gembong cuma bisa
ngomong
mereka mati kehabisan bokong
Thong….thong…..thong…..kothong..!
tiada kempong tiada gembong
semua mati hutan habis kobong
sapi mati kandang kosong tinggal
tlethong
rumah-rumah gosong
hitam-hitam cuma porong
sunyi..
sepi…
kosong….
Sekian.
Pleret, 29 Agustus 1998
Manfaatke Wektu
Ahmadi
Kabeh manungso bakale
tuwo bakale udzur
mripate kabur
kulite kendur
daharane bubur
agemane pating
blangsur
mlakune gluyar-gluyur
pikirane kadang rodo
ngawur
pangandikane
sasar-susur
Wong mati iku
werno-werno dedalane lan kahanane
ono kang mati sare ing
duwur kasur
ono kang mati kejegur
sumur
ono kang mati naliko
numpak sepur
ono kang mati ing
medan tempur
ono kang mati ketiban
wit munggur
ono kang mati
kemblekan gunung kapur
ono kang mati
kelelekan susur
Mumpung taksih
kaparingan panjang umur
pramilo mestinipun
kito syukur
ngucap ingkang jujur
ngibadah ampun ngawur
monggo taubat ampun
kebanjur
maring tonggo lan
sedulur podho akur
ngagem ilmu agami
Islam kang luhur
mugi kito saget mlebet
surgo kang sarwo makmur
mboten mlaku mboten
mbrangkang nanging kanthi mabur
Piyungan, 14 Agustus
2012
Donga Nyuwun Rezeki
Ahmadi
Mugi Allah paring rezeki ingkang
kathah
lan ingkah barokah
syukur keporo turah-turah
keno kanggo mblanjani simah
keno kanggo biaya bocah sekolah
seko SD nganti kuliah
lan kanggo ragat anak nikah
ugo keno kanggo sangu ngibadah
mbayar zakat lan sedekah
keno kanggo tumbas omah lan sawah
ugo biso kanggo ziarah ono madinah
lan tindak haji ono mekah
Piyungan, 14 Agustus 2012
Orang Besar
Ahmadi
Orang besar bukanlah yang berbadan
kekar
orang besar bukanlah yang berwajah
sangar
bukan badannya apalagi perutnya yang
besar
bukan pula yang berperilaku kasar
tetapi orang yang sabar berhati
longgar
orang besar memiliki perhatian yang
besar
Piyungan, 14 Agustus 2012
2.
Pantun-pantun
a.
Untuk memulai pengajian
Minum jamu, biar badan kuat
kita bertemu, dalam keadaan sehat.
Satu dua, tiga empat
Kita berjumpa, dalam keadaan sehat.
Setunggal kalih, saklajengipun tigo.
Kepanggih malih, kawulo kang prasojo
Tiga puluh empat, lima puluh enam
Dalam keadaan sehat, dan masih
beragama Islam
Tumbas
telo, ing pasar mlati
Maring
Alloh, kito memuji
Duwe tonggo, jenenge sarip
mumpung roso, mumpung urip
Godong
salam, cemplungke kuali
Solawat
salam, katur Kanjeng Nabi
Dolanan
yoyo, ing pinggir kali
Ono
ing radio, monggo sami ngaji
Bakso kuah, sambel
ati
Kanthi
basmalah kito awiti
b.
Untuk mengakhiri pengajian
Bakso kuah, campur nasi
Kanthi hamdalah, kito pungkasi
Burung Irian, burung cenderawasih
Cukup sekian, terima kasih
Kupat janure tuwo
Menawi lepat nyuwun ngapuro
Kupat janure limo
Menawi lepat nyuwun pangaksomo
Kupat kecemplung santen
Menawi lepat nyuwun pangapunten
Kupat disosor meri
Menawi lepat nyuwun sori
Jika anda ziarah ke medinah, jangan lupa ke makam nabi
Jika ada kami ada yang salah, jangan dimasukkan hati
Jika anda pergi ke jogja, jangan lupa mampir gembira loka
Jika ada salah kata, mohon dimaafkan saja
Menyang
sawah sangune sambel ati
Menawi
wonten ingkang salah ampun lebetke ati
Sego
sambel iwak kali
kito
ngandel pangandikane Nabi
Weteng
ngelih disabuki
kepanggih
malih kalih mas Ahmadi
Jika ada
sumur di ladang boleh kita numpang mandi
jika ada
umur yang panjang boleh kita ngeji lagi
Mbak
Juminten, katon mlebu-metu
Nyuwun
ngapunten, menawi klenta-klentu
Kupat
diunthel-unthel
menawi
lepat ampun nggrundel
c.
Untuk nasehat-nasehat
Tuku gelali, nyang
pasar wage
ampun lali,
ngibadahe
ampun lali,
sedekahe
ampun lali, zakate
ampun lali,
sholate
Lunyu-lunyu,
mlesetake
Ngguya-nguyu, ora
kebak isine
Mlayu-mlayu,
nyehatake
Ngguya-ngguyu,
katon nyenengake.
Iwak bandeng, le tuku neng semarang
biyen ibadah mempeng, saiki arang-arang
Pelem mentah, lakok dionceki
durung nikah, lakok wis isi
Dudu uyah, kok rasane asin
Isih bocah, nikah kok ora isin
Jebule umbah-umbah, wadahe basi
Jebule kepekso nikah, krono wus isi.
Dadine klopo diparut-parut
Wong tuwo
kalangkabut
Kathok suwek
didondomi
Lakok wis tuwek
isih kemaki
Theklek kecemplung
kali
Uwis tuwek isih
kemaki
Theklek neng krikilan
Uwis tuwek lakok
pethakilan
Jogja Semarang, memang agak jauh
pancen jarang, kang sregep jamaah shubuh
Karanganom, kidul Jejeran
Bocah enom, senenge pacaran
Menyang kretek, menyang parangtritis
Lakok wis tuwek, maksiate ora uwis-uwis
Nginteri gabah, gabahe wadahi goni
Mestine ngibadah, golek dalan kang diridloi
kolang kaling, digawe wedang ronde
yo sing eling, jo nggugu nafsune dewe
3. Ungkapan-ungkapan
Bijak
Wong jujur bakale mujur, wong ra
jujur bakale kojur
Griyak-griyak waton tumindak,
gremat-gremet waton slamet
Wong kang
ora purun ngaji bakal keblasak, keblesek, keblusuk, ing neroko.
Wong kang
ora purun ngaji bakal kesasar, kesusur, keseser.
Orang
hidup didunia banyak yang saling gosok, gesek, dan gasak.
Kabar,
yang kabur, harus dikubur, jangan berkata ngawur, supaya selamat tidak hancur.
Jika tak
ingin difitnah, banyak bergaul dengan ramah,
jangan buat orang lain susah, jangan membuat
masyarakat resah dan gelisah.
Kalau tak
mau dicuri harus suka memberi.
Jika ingin
mulia hiduplah sederhana.
Jika tak
ingin dicurigai, janganlah suka menyendiri.
Hidup
adalah cobaan dan ujian, maka agar lulus
jangan pernah berhenti belajar.
Hidup
adalah perjuangan, maka jangan mengeluh ketika berkorban.
Waktu tak
pernah terulang, maka jangan sia-siakan.
Orang yang
tak mau menggunakan akalnya adalah sebenarnya telah mati walaupun dia makan minum
kesana-kemari, karena hidup tidak hanya sekedar makan minum tetapi harus mau
mengabdi dan berkreasi.
Orang
bijak adalah orang yang mampu menasehati dirinya sendiri sebelum menasehati
orang lain.
Orang
bijak adalah orang yang mampu menghadirkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan
mau membagi kebahagiaan dengan orang lain.
Pahlawan
adalah seorang yang memiliki kemauan dan keberanian melakukan kebaikan,
kebenaran dan keadilan.
Pahlawan
adalah orang yang bahagia jika dapat memberikan kebahagiaan kepada orang
banyak.
Kebahagiaan
hanya akan dimiliki oleh orang yang banyak beramal kebaikan.
Orang yang
taqwa lebih banyak memaafkan daripada minta maaf artinya orang taqwa jarang
berbuat salah.
Orang yang
taqwa senantiasa memberi apapun keadaannya, baik kaya atau miskin, baik susah
atau senang.
Sekilas tentang Penulis
Penulis lahir pada tanggal 13 Juni 1969, di sebuah kampung bernama
Trayeman desa Pleret, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul. Oleh orangtua diberi
nama Ahmadi, sebuah nama sekaligus doa agar di kemudian hari menjadi anak yang
baik. Ashfiya adalah nama orangtua.
Sejak kecil
penulis senang kegiatan dakwah, baik di masjid, tpa, dan ceramah dimana-mana
baik kepada anak-anak, remaja, maupun orang tua. Pendidikan dijalani di SD
Putren II, SMP Pleret, SMA 5 Yogyakarta dan sempat kuliah di IKIP Yogyakarta. Pendidikan
nonformal belajar Al-Qur’an melalui Bp. Wiratno yang merupakan santri Masjid
Syuhada Yogyakarta serta dengan guru-guru ngaji lainnya. Pernah juga nyantri di
Pesantren Al-Aziziyah Bedukan Pleret asuhan Bp. Kyai Yazid yang khusus
mempelajari Nahwu Sharaf, pernah juga mendapatkan pelatihan trainer Bahasa Arab
di Cipayung Bogor tahun 2001 yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Pemuda
dan Luar Sekolah, pernah juga mengikuti Kursus Studi Al-Qur’an di AMM Kotagede Yogyakarta.
Pengalaman
organisasinya saat ini sebagai Ketua Umum Badko TPA-TPA Kab. Bantul, Pengasuh
Pengajian Malam Ahad Trayeman Pleret Bantul, Pengajian Ahad Pagi Masjid
Baiturrahman Trayeman, menjadi ustadz pengampu Al-Qur’an di Pimpinan Ranting
Muhammadiyah Pleret, menjadi khotib Jum’at di beberapa Masjid, dan saat ini
tercatat sebagai penyuluh agama Islam di kementerian agama kabupaten Bantul
serta menjadi trainer Ustadz di Badko TKA-TPA Prop. DI. Yogyakarta, serta
menjadi penceramah di beberapa majlis ta’lim.
Buku ini
disusun dalam rangka memberikan sedikit pengalaman selama berdakwah agar dapat
menjadi bekal, bagi siapa saja yang memiliki minat berdakwah, terutama
masyarakat pedesaan yang senantiasa membutuhkan siraman rohani.
Bagi yang
berminat dengan model dakwah penulis, dapat menghubungi lewat no. 0274 6510131
atau membutuhkan penceramah dan trainer tentang dakwah.
Catatan :
Apa yang dapat menarik pendengar dan harus aku lakukan ketika berceramah
:
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar