Rabu, 13 Maret 2013

Kumpulan Artikel Ahmadi Pleret Bantul


Mr. Ahmadi


Bagaimana Mengelola TPA yang baik itu ?
Oleh Ustadz Ahmadi (Ketua Umum Badko TKA-TPA Kab. Bantul)

Apa itu TPA ?
TPA adalah sebuah tempat yang nyaman bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua untuk belajar Al-Qur’an.

Prinsip pembelajaran Al-Qur’an di TPA :
1.      Mudah (Metode Iqro yang cepat)
2.      Murah (Tidak ditarik Biaya yang mahal atau sukarela)
3.      Menyenangkan (Penuh dengan permainan maupun tempat yang nyaman)
4.      Menghasilkan (target yang jelas)
5.      Memuaskan (hasilnya yang berkualitas dapat dirasakan)

Pengurus :
1.      Pengurus Harian/Eksekutif : Direktur, Wakil Direktur, Bagian Tata Usaha, Bagian Bendahara, Bagian, Kesantrian, Bagian Keustadzan, Bagian Umum.
2.      Pengurus Yayasan atau lembaga yang menaungi TPA (Takmir, PKK, Muhammadiyah, NU, DLL)
3.      Pengurus Perkumpulan Wali Santri
4.      Dewan Penyantun/Donatur/Simpatisan

Kegiatan yang harus dilakukan di TPA :
1.      Melengkapi Sarana Prasarana
2.      Perencanaan Kegiatan
3.      Pembelajaran Al-Qur’an dan segala penunjangnya.
4.      Evaluasi Pembelajaran (Rapor, Wisuda, Ijazah, Festival, Perlombaan, DLL)
5.      Peningkatan Kualitas Pengelola
6.      Peningkatan Kualitas Ustadz
7.      Administrasi dan Dokumentasi

Jenis-jenis Pelatihan untuk Ustadz TPA :
1.      Metodologi Iqro.
2.      Manajemen TKA-TPA-TQA
3.      Manajemen Kelas
4.      Pengajaran Tajwid kepada Anak-anak.
5.      Metodologi Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM)
6.      Murottal
7.      Iqro Klasikal
8.      Bahasa Arab
9.      Psikologi Anak
10. Problem Solving
11.  DLL


Selamat dan sukses semoga Allah senantiasa membimbing dan memberi kekuatan kepada kita semua, Amin.



Disampaikan di TPA Pucung Growong Imogiri
Hari Jum’at Malam Sabtu, Tanggal : 4 Pebruari 2011,


Text Box: Buletin Penyuluh Agama Islam Piyungan

 
“Menebar rahmah dengan jalan dakwah bil hikmah”

Edisi Bulan Januari 2012










 
Sajian Spesial Pijar

Terjebak Dalam Budaya “Hura-Hura”
Oleh  : Ahmadi

Allah SWT berfirman :” ….Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah kamu diperdaya oleh kehidupan dunia, dan janganlah penipu memperdaya kamu untuk mentaati Allah.” (QS. Luqman 31)
Ketika tahun baru datang, kita saksikan dimana-mana banyak diantara kita yang berpesta pora merayakan tahun baru. Kegiatan yang bersifat hura-hura tersebut sudah tentu terjadi pemborosan, padahal pemborosan adalah termasuk perbuatan syetan, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Isra’ 27 : “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat boros adalah saudara syetan, padahal syetan terhadap tuhannya adalah ingkar.”
Kaum muda kita banyak yang terjebak dalam budaya yang penting senang, yang penting nikmat. Mereka sudah banyak yang kehilangan jati diri sebagai seorang  muslim, mereka mengaku beragama Islam tetapi kehidupannya jauh dari nilai-nilai Islam.
Jika kita perhatikan tahun baru tempat mana yang banyak dikunjungi, tentunya tempat-tempat wisata, padahal perayaan tahun baru biasanya dirayakan pada tengah malam jam 12.00 malam. Tentu hal ini lebih banyak maksiat yang terjadi. Bagaimana mungkin seorang wanita dan laki-laki yang sudah tentu bukan saudara, bukan suami istri malam-malam pergi, tentu hal tersebut hanya akan “pacaran”.
Mestinya ketika tahun baru datang kita sadari bahwa umur kita secara kuantitas bertambah, tetapi secara jatah umur kita akan habis. Sehingga mestinya tahun baru kita bermuhasabah agar tahun depan kita dapat berbuat yang lebih baik.
Saat ini sangat jarang kita mendengar muda-mudi yang berbuat untuk kemajuan masyarakat, lebih banyak mereka berbuat yang mereka suka atau yang mereka anggap menguntungkan. Banyak yang terjerumus kedalam kemaksiatan. Apalagi jika kita melihat data nikah di KUA banyak sekali terjadi pernikahan hamil dahulu. Tentu ini adalah gambaran buram generasi muda kita yang menjadi “PEKERJAAN RUMAH” kita bersama terlebih penyuluh agama Islam secara keseluruhan.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap putra-putrinya dalam membimbing dalam dunia pergaulan. Seringkali terjadi pembiaran para orang tua menyaksikan putra-putrinya bergaul bebas. Padahal pergaulan bebas hanya akan membawa nama buruk bagi orang tuanya atau masyarakat sekitarnya.
Saat ini jika kita saksikan di media masa terutama media elektronik banyak menayangkan acara yang mengumbar nafsu. Bisa kita saksikan di tengah-tengah malam acara siaran langsung, padahal disaksikan para kawula muda-mudi dengan pakaian yang serba minim. Kita gak habis pikir mereka datang menyaksikan acara langsung tengah malam apa mereka dapat ijin dari orang tua. Hal ini yang menjadi keprihatinan kita ternyata tidak hanya anak muda, tetapi orang tua mereka juga kurang atau tidak memiliki tanggung jawab menyelamatkan moral anak-anak mereka.
Aneh bin ajaib, anak muda saat ini jika diberi nasehat oleh guru, kyai, ustadz, bahkan oleh orang tua mereka sendiri yang memberi makan dan mencukupi kebutuhan mereka, mereka tidak mematuhi, seakan-akan mereka sudah tahu apa yang terbaik baginya padahal jelek baginya. Sebagaimana Allah juga berfirman:”Mungkin saja kamu menyukai sesuatu padahal sesuatu tersebut buruk bagi kamu, mungkin saja kamu membenci sesuatu padahal sesuatu tersebut baik bagi kamu.” (QS. Al-Baqarah 216)
Agama adalah nasehat bagi manusia, seringkali sebagian kita memiliki anggapan bahwa agama adalah teori-teori masa lalu. Padahal agama datang dalam rangka untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seharusnya dia menjalani hidup di dunia. Dalam rangka untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki yang selamanya sampai di kehidupan selanjutnya.
Banyak di antara kita yang memiliki paham materialisme, mereka menganggap materilah yang dapat membawa kebahagian, sehingga ritual-ritual agama yang mereka anggap tidak menghasilkan secara materi tidak mereka laksanakan. Padahal materi mereka juga memahami bersifat fana/sementara yang hanya akan membuat mereka sengsara.
Terjadinya kasus-kasus korupsi, ketidakadilan, manipulasi adalah gambaran bahwa banyak diantara kita yang kehidupannya memiliki keterikatan dengan materi sangat tinggi, sehingga seakan-akan dia tidak bisa hidup tanpa materi atau uang yang cukup. Seakan-akan materi yang menghidupi mereka, mereka meninggalkan Tuhan. Padahal Tuhanlah yang mencipta materi.
Manusia memiliki dua unsur utama yaitu Jasmani dan Ruhani. Sudah semestinya keduanya harus mendapat perhatian kita, jika kita hanya terikat oleh materi, maka kehidupan manusia tak ubahnya hewan.
Hewan tidak memiliki amanat mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa, sehingga hewan hanya bersifat materi yang tidak dimintai pertanggung jawaban. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena memiliki tanggung jawab yang besar dalam memakmurkan bumi.
Memakmurkan bumi bukan berarti berbuat hura-hura yang memboroskan harta, waktu. Memakmurkan bumi adalah meciptakan peradaban yang mensejahterakan kehidupan manusia.
Wallohu a’lam.

KISAH

Alkisah, pada jaman dahulu ada seorang rahib yang sangat terkenal tekun beribadah, suatu saat ada seorang gadis mampir di biara rahib tersebut karena kehujanan. Gadis tersebut tiba-tiba menanggalkan seluruh pakaiannya karena kedinginan. Hal tersebut disaksikan oleh rahib tersebut, tergetarlah hati rahib tersebut sehingga timbul nafsu birahinya, maka terjadilah gejolak hati rahib.
Syetan membisiki:”Ini saatnya rahib menikmati tubuh seorang gadis, dan tidak aka nada orang yang mengetahui.”
Rahib berkata dalam hatinya: “Ini adalah kesempatan, tetapi apakah aku kuat akan siksa api neraka?”
Kemudian rahib memegang bara api jika dia kuat menahan bara api, maka dia akan menikmati tubuh gadis tersebut. Ternyata rahib tersebut tidak kuat menahan bara api, sehingga berteriak kesakitan.
Mendengar teriakan rahib gadis tersebut meninggal dunia. Rahib bingung, kemudia gadis tersebut dikuburkan di belakang biara.
Selanjutnya tersebar kabar di masyarakat, bahwa rahib yang selama ini dikagumi oleh masyarakat ternyata telah memperkosa seorang gadis dan membunuhnya.
Selanjutnya rahib tersebut ditangkap dan diserahkan kepada raja untuk diadili.
Karena kejadian tersebut tidak ada seorang saksipun, maka pengadilan tidak dapat dilaksanakan, tetapi masyarakat tidak mau menerima kejadian tersebut, maka kemudian gadis yang telah mati dijadikan alat bukti di pengadilan. Lalu terjadilah kejadian luar biasa, gadis tersebut bangun dan menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Bahwa dia mati bukan karena diperkosa oleh rahib tersebut, tetapi karena dia kaget mendengar teriakan rahib yang memegang bara api.
Setelah kejadian itu, gadis tersebut mati lagi. Beberapa saat kemudian rahib juga menyusul meninggal dunia.  Akhirnya dalam kisah tersebut Allah mempersatukan rahib dengan gadis tersebut di alam selanjutnya, sebagai balasan atas keteguhan hati sang rahib.

Kontemplasi
Tahun Baru

Ketika kita meninggalkan sesuatu, seringkali kita merasakan susah, tetapi ketika tahun kita tinggalkan banyak diantara kita yang bersuka ria, pesta pora seakan akan hidup selamanya, padahal jatah hidup semakin berkurang.
Ketika kita masuk tahun baru banyak diantara kita berhura-hura, padahal tahun baru menuntut kita tanggung jawab untuk berbuat yang bermanfaat, jika kita berbuat yang tidak bisa dipertanggung jawabkan akan mendapat laknat.
Tahun baru semestinya menjadikan kita tambah semangat dalam menciptakan karya-karya yang berguna bagi nusa dan bangsa serta agama. Bukan malahan merugikan diri sendiri keluarga dan bangsa.
“SELAMAT TAHUN BARU 2012,” teriring doa, semoga kita senantiasa dalam bimbinganNya.

Buletin PIJAR

Penasehat
Dewan Redaksi
Layout
Alamat
: Kepala KUA Kecamatan Piyungan
: Ahmadi, Ani Muzayaroh, S.Ag, Nuraeni, S.Ag.
: Adi’s Grafis
: KUA Piyungan, Piyungan Srimartani Piyungan Bantul YK







Text Box: Buletin Penyuluh Agama Islam Piyungan

 
“Menebar rahmah dengan jalan dakwah bil hikmah”

Edisi Bulan Mei 2012










 
Sajian Spesial Pijar

 Hamil Dulu atau Nikah Dulu
Oleh : Ahmadi (Penyuluh Agama Islam Piyungan)


Esensi Sebuah Pernikahan
Nikah adalah sebuah prosesi hidup yang semestinya kita jalani sebagai sebuah cara manusia melangsungkan hidup dan kehidupannya. Dengan nikah maka hidup lebih bermakna, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah SWT. Nikah adalah sebuah proses pembentukan keluarga yang legal baik secara agama maupun Negara dan secara sosial.
Menurut UU No. 1 Tahun 1974, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut UU di atas nyatalah bahwa pernikahan atau perkawinan dilaksanakan berdasarkan perintah Tuhan, sehingga pernikahan memiliki nilai ibadah di hadapan Tuhan. Oleh karena itu nikah memiliki syarat-syarat yang ditentukan oleh Allah. Bukan hanya sekedar pria wanita berkumpul dan membentuk keluarga.
Nikah merupakan perwujudan kasih sayang Allah kepada manusia dan juga kasih sayang manusia kepada sesame. Dengan nikah maka Allah menjanjikan kekayaan kepada manusia sebagaimana Allah berfirman dalam QS. An-Nuur ayat 32:”Dan nikahkanlah orang-orang yang membujang diantara kamu dan juga orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba shayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberiannya), dan maha mengetahui.”
Dengan nikah maka manusia dapat mewujudkan bentuk kasih sayang secara nyata dan secara totalitas. Maka Nabi SAW bersabda bahwa Nikah itu separoh dari agama seseorang. Dengan nikah, maka seseorang diuji tingkat keberagamaannya.

Hamil sebelum nikah kecelakaan atau kesengajaan
Era sekarang yang orang menyebut era informasi, merupakan era yang sulit bagi generasi sekarang karena berbagai informasi secara frontal masuk ke otak generasi sekarang, baik informasi bersifat membangun, atau bersifat destruktif. Payahnya informasi yang destruktif yang lebih banyak diakses, maka yang terjadi kita terjebak dalam lingkaran syetan yang sulit dibongkar.
Seringkali di masyarakat apabila ada seorang yang hamil sebelum nikah, kerap disebut kecelakaan. “Kecelakaan” dapat diartikan sebuah ketidaksengajaan. Padahal yang terjadi pergaulan remaja kita sudah sedemikian bebas, sehingga apabila terjadi nikah hamil dulu bukanlah sebuah kecelakaan tetapi sebuah kesengajaan.
Dengan kenyataan tersebut diatas, maka perlu penataan pergaulan di masyarakat, sehingga masyarakat terlindungi secara fisik dan kehormatannya, tidak mudah mengikuti hawa nafsu dan rayuan syetan. Sebab syetan hanya mengajak manusia ke neraka. Jangan sampai pergaulan di masyarakat mengikuti system pergaulan syetan.
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu mendekatu zina, seungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang sangat buruk.” (QS. Al-Isra’ 32). JIka kita semua mafhum ayat tersebut mendekati zina saja gak boleh, apalagi zina adalah dosa yang besar. Jika kita lihat remaja kita mereka dengan sengaja mendekati zina dengan bergaul yang begitu bebas jadi gak ada istilah “kecelakaan” adanya adalah kesengajaan. Jadi harus dibuat tata sosial/norma sosial yang membatasi pergaulan kita supaya manusia tidak terjebak dalam pergaulan yang hanya memuaskan hawa nafsu yang tidak memiliki esensi pengabdian ibadah kepada Allah SWT.
Mengapa remaja tak mampu menahan godaan
Setiap manusia tidak lepas dari yang bernama GODAAN karena manusia hidup di dunia ini dalam rangka diuji oleh Allah, siapa yang beribadah lebih baik, sebagaima Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 2:”(Dialah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun.
Oleh karena siapapun kita harus siap menghadapi cobaan. Kesiapan seseorang berbeda-beda tergantung pada pengetahuan dan pengalaman serta kekuatan hati. Maka perlu kita membekali dengan ilmu agama kepada diri kita dan mempelajari berbagai kejadian di masyarakat baik yang terjadi sekarang atau kejadian masa lalu. Kebanyakan remaja kita yang terjebak kepada pergaulan bebas karena sejak kecil jauh dari nilai-nilai agama serta memiliki pengalaman yang buruk di keluarga sehingga hal tersebut menjadi pembenar baginya. Umpamanya orang tuanya dulu juga seperti itu nikah hamil dulu sering terjadi anaknya juga seperti itu, walaupun tidak semua seperti itu.

Ancaman orang yang berzina
Zina adalah perbuatan dosa besar, sehingga kita harus berusaha sekuatnya untuk menghindari perbuatan tersebut. Orang yang suka berzina, maka di akhirat akan dimasukkan ke neraka disiksa dengan cara ditusuk kemaluannya dengan tombak yang panas serta kemaluannya berbauk sangat bacin, betapa menjijikkan. Hal ini perlu kita sampaikan  supaya kita semua terhindar dari perbuatan terkutuk tersebut.

Generasi apa yang kita harapkan ?
Perbuatan zina akan menghasilkan keturunan yang jauh dari apa yang kita harapkan ? Hubungan seksual di luar nikah sudah dipastikan perbuatan dosa. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa apabila suami istri berkumpul dan sebelum berkumpul berdoa terlebih dahulu “Allohumma jannibnasy syaithoona ….” Maka anak yang lahir akan jauh dari godaan syetan. Sudah tentu orang yang berzina tidak berdoa tersebut, maka pantas jika anak yang dihasilkan juga kebanyakan mudah tergoda syetan.
Untuk menciptakan generasi yang shaleh membutuhkan usaha yang keras sejak kita bergaul dengan orang yang kita nikahi. Tidak hanya dididik ketika anak sudah lahir.

Hidup adalah sebuah pilihan
Dengan banyak kejadian di masyarakat, maka tinggal kita bagaimana mensikapi apakah remaja kita mau hamil dulu atau nikah dulu, semua membawa resiko masing-masing, baik resiko secara pribadi maupun resiko sosial. Maka resiko sosial yang mahal harus dibayar apabila kita membiarkan saja masyarakat kita yang rusak. Menurut data yang ada lebih dari 50% pernikahan di beberapa KUA sudah hamil dulu ? Apakah ini pilihan masyarakat kita ?
WALLOOHU A’LAM

Kolom Nasehat

Rasulullah saw bersabda : “Akan datang suatu masa pada umatku yang pada masa itu mereka mencintai lima perkara dengan melupakan lima perkara yang lain, yaitu :
1.      Mereka mencintai dunia dengan melupakan akhirat
2.      Mereka mencintai rumah megah dengan melupakan kubur.
3.      Mereka mencintai harta dengan melupakan hisab (pertanggungjawabannya).
4.      Mereka mencintai keluarga dengan melupakan bidadari
5.      Mereka mencintai dirinya sendiri dengan melupakan Allah.
Mereka yang seperti itu jauh dariku dan aku pun jauh dari mereka.” (Kitab Nashaihul ‘Ibad)

Buletin PIJAR

Penasehat
Dewan Redaksi
Layout
Alamat
: Kepala KUA Kecamatan Piyungan
: Ahmadi, Ani Muzayaroh, S.Ag, Nuraeni, S.Ag.
: Adi’s Grafis
: KUA Piyungan, Piyungan Srimartani Piyungan Bantul YK
  Telp. Redaksi 0274 6510131




Text Box: Buletin Penyuluh Piyungan

 
“Menebar rahmah dengan jalan dakwah bil hikmah”

Edisi Bulan Desember 2011










 
KUNCI PERNIKAHAN BAHAGIA
Oleh  : Ani Muzayaroh, S Ag

Indonesia kini berada dalam peringkat tertinggi Negara-negara yang menghadapi angka perceraian ( marital divorce) paling banyak dibandingkan Negara-negara berpenduduk muslim lainya. Berdasarkan data yang diungkapkan Dirjen Bimas Islam kementerian Agama,setiap tahun ada dua juta perkawinan tetapi yang memprihatinkan perceraian bertambah menjadi dua kali lipat yaitu setiap 100 0rang yang menikah 10 diantaranya bercerai.Tidak sedikit  perceraian terjadi pada mereka yang baru berumah tangga.
Dari beberapa factor yang mengakibatkan terjadinya perceraian,factor ekonomi merupakan pemicu yang sering terjadi, khususnya pada kalangan masyarakat menengah ke bawah, begitu juga dampak globalisasi arus informasi yang mengganggu psikologi masyarakat melalui multi media yang menampilkan gaya hidup permissive dan hedonis  ditengarai sebagai factor yang memperbanyak terjadinya perceraian pada lapisan masyarakat menegah ke atas.
Di tengah tingginya potensi instabilitas rumah tangga dan banyaknya perceraian,maka pendidikan dan pembekalan kepada pasangan yang hendak menikah adalah salah satu cara yang paling mungkin dilakukan.upaya tersebut akan berfungsi ganda sebagai edukasi nilai-nilai perkewinan di semua level masyarakat maupun sebagai langkah untuk memperbaiki mutu perkawinan dan mengurangi perceraian.
Hal ini senada dengan pernyataan menteri Agama RI yang telah menginstruksikan kepada Direktorat Urusan Agama Islam supaya membuat terobosan program guna memperkuat lembaga perkawinan diantaranya ialah kewajiban mengikuti kursus pra nikah dan bimbingan rumah tangga bagi calon pengantin di seluruh tanah air. Di samping itu langkah lainnya ialah revitalisasi  peran BP 4 untuk bertindak sebagai mediator dalam penyelesaian kasus perceraian sebelum ke Pengadilan Agama.
1Namun demikian ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan penataran,pembekalan pra nikah bagi calon pengantin,karena dari sisi kuantitas dan kualitas materi penataran yang di berikan masih sangat minim bahkan waktu yang tersedia sangat sedikit sekitar 15 sampai 30 menit, sedangkan dinegara lain seperti Singapura atau Malaysia dan dibeberapa Negara Eropa, nasihat sebelum perkawinan yang diperoleh pasangan yang hendak menikah setara dengan kuliah satu semester.
Semua kalangan tentu sepakat bahwa mempersiapkan perkawinan yang mempunyai tujuan mulia sebagai ibadah kepada Allah SWT berarti meletakkan fondasi yang kokoh bagi maghligai rumah tangga dan masa depan satu generasi. Untuk itu bekal yang cukup bagi pasangan calon pengantin baik meliputi kekuatan  iman,keluasan ilmu dan ekonomi menjadi sangat penting. Begitu pula menyelamatkan perkawinan dan rumah tangga yang sedang dirundung masalah berarti juga menyelamatkan satu generasi. Sehingga terwujudnya keluarga sakinah,mawaddah,warrahmah bagi seluruh keluarga di Indonesia,khususnya keluarga muslim akan tercapai dengan mudah Insya Alloh.
Agama Islam sebagai agama Rahmatalil,Alamin mempunyai konsep yang sangat sempurna tentang kehidupan ber rumah tangga,sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW,para Sahabat dan Ulama Salafushaleh. Di mana sikap saling menghormati,menghargai dan toleransi terhadap pasangan menjadi kunci utamanya.penunaian kewajiban ,apakah itu suami maupun istri dilakukan dengan penuh keikhlasan,penuh cinta tanpa paksaan karena semua dilakukan dalam upaya meraih ridho Allah SWT sebagai wujud beribadah kepada-Nya. Kemudian kekurangan,dan problematika rumah tangga yang dialami disikapi dengan rasa sabar,dengan terus berharap pertolongan dan Rahmat dari Alloh SWT.
Ada sebuah kisah yang layak untuk kita jadikan contoh ,seorang ulama tabi’in bernama Abu Muhammad ,beliau  dikenal sebagi ulama yang faqih,terkenal  kesholehannya sehingga beliau senantiasa menjadi bahan rujukan bagi masyarakat ketika menanyakan sesuatu,menjadi panutan dalam berperilaku, namun sangat disayangkan beliau mempunyai istri yang berperangai sangat buruk,sehingga hanya menjadi fitnah bagi da’wah sang ulama,kemudian  salah satu murid beliau menyarankan agar sang syaikh menceraikan saja istrinya itu,namun sungguh mengejutkan jawaban sang ulama yaitu;” sesungguhnya saya akan bersabar dengan segala perilaku istri saya,karena bisa saja ini adalah ujian dari Allah untuk saya dikarenakan dosa-dosa saya dimasa yang lalu,saya berharap mudah-mudahan dengan kesabaran dan keikhlasan saya,Alloh akan mengampuni semua dosa saya dan menjadikan diriku sebagai hamba-hamba-Nya yang di ridhoi.
2Seorang ulama yang lain,Hasan Al Basri,beliau didatangi seorang wanita yang memintanya untuk menikahinya,sedangkan sang ulama sesungguhnya tidak menyukai dan mencintai wanita tersebut,namun karena kegigihan sang wanita maka Hasan Al-Basri akhirnya menikahi wanita itu ,sepanjang pernikahan ,beliau senantiasa berperilaku baik terhadap istrinya,diperlakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang,hingga sampai ajal menjemput istrinya beliau mendampingi,merawat dan menguburkan jasadnya dengan sempurna,hingga seorang muridnya bertanya,” Ya Syaikh,kenapa anda begitu baik terhadap istri anda padahal anda tidak menyukainya, sang ulama kemudian menjawab,” sesungguhnya saya sangat berharap dengan segala kebaikan yang saya berikan untuknya selama menjadi istri saya,Allah akan memberatkan timbangan amal kebaikan saya di akhirat,” .Subhanallah.
Dari dua kisah di atas, mengisyaratkan kepada kita bahwa sesungguhnya dalam rumah tangga peran yang dilakukan, penunaikan hak maupun kewajiban  baik sebagai suami ataupun istri semua di arahkan hanya untuk meraih  ridho Allah SWT.Karena  dua ulama diatas sadar betul bahwa menikah adalah ibadah dalam merefleksikan cinta yang sangat tinggi kepada Alloh,sebagai manusia menikah adalah tugas sebagai khalifatulloh fir ardh yaitu dalam rangka  membina hubungan suci dan melahirkan generasi dambaan umat yang  akan menjalankan fungsi pengemban da’wah di masa yang akan dating oleh karena sikap senantiasa bersabar dalam menghadapi kekurangan pasangan dan problema rumah tangga,juga senantiasa bersyukur dengan karunia rizki dan rahmat dari Alloh SWT menjadi sandaran mereka.
Adalah sebuah keharusan bagi setiap keluarga muslim menjadikan Rasululloh SAW,para sahabat dan ulama Salafusholeh sebagai contoh teladan dalam kehidupan berkeluarga,karena menikah tidak hanya satu,dua tahun akan tetapi diharapkan hingga ajal menjemput,oleh kerena itu senantiasa mencari ilmu,meningkatkan kekuatan Iman sangat penting dilakukan.agar keluarga yang dibina bisa menjadi keluarga yang harmonis ,rukun, dan menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada beberapa kunci penting untuk pernikahan bahagia dan menghindari perceraian, diantaranya adalah:
1.Komunikasi. komunikasi adalah kunci pernikahan langgeng,komunikasi berarti saling berbicara dari hati ke hati dengan pasangan,bukan hanya sekedar mendengar kata-katanya namun mendengarkan apa yang tersirat.melalui komunikasi setiap pasangan suami istri bisa membicarakan segala permasalahan ,perasaan dan keinginan masing-masing kemudian mencari jalan keluarnya.oleh karenanya menyiapkan hati  untuk mendengarkan tanpa menyela,menghakimi dan tanpa membela diri, bisa mengesampingkan ego dalam komunikasi pernikahan bahagia akan terwujud.
2.Saling percaya, tanpa saling percaya antara pasangan  suami istri ,perkawinan tentu tidak akan berjalan dengan baik,bagaimana bisa berjalan mulus apabila suami atau istri selalu diawasi setiap gerak-geriknya.karena ketidak percayaan maka yang muncul adalah kegelisahan,kecurigaan,kekhawatiran,tak pernah merasa tentram,ujung-ujungnya hanya akan saling menyalahkan dan menuduh.namun sebaliknya  jika saling percaya satu sama lain akan mengantarkan pada perasaan nyaman ,maka kuncinya adalah jangan menyalah gunakan kepercayaan yang telah diberikan kepada anda.
3.Pandai menjaga rahasia. Ketika sebelum menikah segala yang kita alami bisa di bagi dengan teman,sahabat,namun ketika menikah haruslah dibatasi,ada hal-hal yang tidak bisa dibagi dengan orang lain,terutama yang menyangkut urusan dalam negeri hubungan suami istri.
434.Syukuri semua berkah yang di dapat.rumah yang nyaman dan anak yang lucu-lucu sudah kita dapatkan tapi mengapa rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau,sehingga kita selalu bertanya apa yang kurang dalam kehidupan rumah tangga kita? Jika sudah begini maka sudah waktunya kita belajar mensyukuri semua berkah yang sudah kita dapat.ini akan melatih kita untuk mengingat banyak hal positif di banding dengan hal-hal yang negative.bila perlu buat daftar yang berisi apa saja yang sudah kita syukuri minggu atau sebulan ini dan perlihatkan kepada pasangan,dengan begitu suami atau istri bisa menyadari betapa kehidupan rumah tangga ini sudah diliputi keberkahan.
5.Jangan mencoba merubah dirinya,terimalah apa adanya tanpa harus menuntut harus melakukan ini itu untuk mengubah dirinya.jika keinginan itu muncul,ingat bahwa kita punya kebiasaan yang sering membuatnya kesal tapi dia ( suami ) tak pernah mencoba mengubah kita.
Buletin PIJAR
Buletin Pijar diterbitkan oleh Kelompok Kerja Penyuluh Kecamatan Piyungan.
Penasehat : Kepala KUA Piyungan, Dewan Redaksi : Ahmadi, Nuraeni, S.Ag, Ani Muzayaroh, S.Ag. Setting & Lay Out : Adi Grafis
Redaksi menerima naskah, artikel , kisah humor dll, yang dimuat dapat bingkisan yang menarik.

 
46.Menjaga romantisme,terkadang pasangan suami istri yang sudah cukup lama menikah tak lagi peduli pada soal ini,bahkan perhatianpun menjadi barang yang sangat mahal,padahal romantisme sangat dibutuhkan untuk menjaga hubungan agar semakin erat dan suami istri akan merasa bahwa semakin membutuhkan satu sama lain.romantisme bisa berupa perhatian kecil mis,menggandeng tangan ketika berjalan,atau sekedar mengucapkan selamat ulang tahun kepada pasangan,memberi pujian dll




ZUHUD
Oleh Ahmadi (Penyuluh Agama Islam)

Hadits :
Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi ra, berkata : “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, kemudian berkata:”Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya suatu amal perbuatan yang apabila saya melaksanakannya akan dicintai Allah dan juga dicintai sesama manusia.” Maka beliau bersabda “Zuhudlah (jangan rakus)terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki sesame manusia niscaya mereka akan mencintaimu.” (HR Ibnu Majah) 1)

Zuhud secara bahasa artinya menjauhi atau meninggalkan 2)

Tiga pengertian zuhud 3) :
Ibnu Abbas ra berkata : “Zuhud terdiri dari tiga huruf yaitu Zaa’, Haa’ dan Daaal. Memiliki makna yaitu :
1.     Zaa’ maksudnya adalah zaadun li ma’aad (bekal untuk kembali ke akhirat yakni taqwa).
2.     Haa’ maksudnya Hudan lid diin (petunjuk mengikuti agama Islam), dan
3.     Daal maksudnya Dawaam ‘alath thoo’ah (terus menerus dalam melakukan ketaatan.

Tiga pengertian zuhud yang lain 3) yaitu :
1.     Zaa’ maksudnya adalah Tarkuz Ziinah (meninggalkan kemewahan dan kemegahan)
2.     Haa’ maksudnya adalah Tarkul Hawaa (meninggalkan kesenangan hawa nafsu) dan
3.     Daal maksudnya adalah Tarkud Dunyaa (menjauhi dunia)

Azas Zuhud 3) :
1.     Menjauhi yang haram baik yang besar maupun yang kecil
2.     Mengerjakan semua yang difardlukan, baik yang mudah maupun yang sulit
3.     Meninggalkan keduniaan baik yang sedikit maupun yang banyaknya.

Tiga pembungkus agama 3) yaitu:
1.     Tidak banyak bicara, kecuali sebatas yang perlu saja,
2.     Meninggalkan dunia, kecuali mempergunakan dunia seperlunya saja,
3.     Tidak bergaul dengan manusia, kecuali sebatas yang perlu saja.


Daftar Bacaan
1)  Drs. Muslich Shabir, 400 hadits pilihan, pt Alma’arif, Bandung, 1986
2)  Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, pustaka progresif, Surabaya, 1997.
3)  Kitab Nashaihul ‘Ibad karya Imam Nawawi Al Bantani

Disampaikan pada pertemuan PKK Desa Potorono, Ahad Kliwon 6 Pebruari 2011, jam 14.00 WIB








Cara Kita Mencintai Allah
Ahmadi (Penyuluh Agama Islam Kecamatan Banguntapan)

Cinta adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar. Kita diciptakan atas dasar cinta. Cinta adalah anugrah Allah kepada makhluknya, jika tak ada cinta maka tak akan ada kehidupan.
Mencintai adalah kebutuhan, dicintai adalah kebahagiaan. Apabila seseorang dicintai oleh orang lain betapa bahagianya kita. Kita merasa hidup ini bermanfaat, hidup kita dibutuhkan orang lain. Jika kita tidak atau belum mendapatkan cinta dari orang lain, setidaknya kita masih bisa mencintai diri kita sendiri, sebab jika kita tidak mencintai diri kita sendiri bagaimana mungkin kita bisa mencintai orang lain. Misal saja seseorang karena dia tidak mencintai dirinya makan tidak diperhatikan atau bahkan tidak mau makan otomatis akan merusak badannya sendiri orang seperti ini tidak bisa mencintai diri sendiri maka otomatisa tidak bisa mencintai orang lain jutru orang seperti ini hanya mau dikasihi orang lain, tapi tidak bisa mengasihi orang lain. Oleh karena itu semestinya kita harus mampu mengasihi dan mencintai diri sendiri sebagi modal awal kita mengasihi dan mencintai orang lain.
Untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang mestinya kita juga harus dapat mengasihi, menyayangi dan mencintai orang lain.
Kebanyakan kita maunya dikasihi, disayangi dan dicintai orang lain. Orang yang hanya ingin mendapatkan kasih dan sayang dari orang lain bukanlah mencintai orang lain, tapi orang tersebut sedang berusaha menguasai orang lain. Oleh karena itu terhadap orang seperti ini harus hati-hati, karena orang seperti ini kehadirannya akan selalu membuat kerugian bagi orang lain.
Semestinya kita mencintai orang lain sebagaimana halnya kita mencintai diri kita sendiri. Nabi SAW bersabda: “Demi Zat yang hidupku di tangan-Nya, tidaklah sesorang dikatakan beriman sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
Hal di atas menggambarkan bagaimana seharusnya kita bersikap tentang cinta. Lalu bagaimana halnya kita dalam mencintai Allah. Banyak pujangga menyatakan bahwa seorang yang mencintai sesuatu maka dia akan rela berkorban dan melalukan sesuatu asal dapat cinta dan perhatian dari sesuatu yang dicintainya. Sudahkah kita melakukan sesuatu yang Allah mencintai kita.
Ada hal-hal yang menjadi ciri bahwa seseorang mencintai Allah :
1.      
2
 
Memahami nama dan sifat-sifat Allah.
Bagaimana mungkin, seseorang katanya cinta, ridlo kepada Allah sementara nama dan sifat Allah dia tidak memahaminya. Tentu saja orang ini tidak mecintai Allah atau hanya berpura-pura,
2.       Banyak dalam menyebut nama Allah.
Sudah menjadi kewajaran bahwa orang yang mencintai sesuatu tentu saja dapat ditandai dengan banyak menyebut namanya. Orang yang sedikit menyebut sesuatu yang katanya dicintai tentu saja cintanya diragukan.
3.       Suka dan sering membaca surat cinta Allah (Al-Qur’an)
Sebagaimana anak muda tahun tujuhpuluhan betapa senangnya jika mendapatkan surat dari orang yang dicintai. Surat itu akan dibawa kemana saja, dibaca berulang-ulang tak pernah bosan, lalu bagaimana dengan kita sudahkah kita banyak membaca Al-Qur’an berulang-ulang sebagai bukti bahwa kita mencintai Allah.
4.       Sering mengunjungi rumah Allah/masjid.
Rindu hati untuk selalu dekat dengan yang dincintai adalah wajar dalam bercinta. Oleh karena itu bukti bahwa kita mencintai Allah dengan seringnya kita pergi ke masjid. Seorang yang beriman mencintai Allah melebihi segalanya. Oleh karena itu dia akan merasakan hal nikmat luar biasa ketika berada di masjid dengan senantiasa bermesraan dengan sang Pencipta Allah SWT.
5.       Taat dan patuh serta beramal dengan dasar pertimbangan ridlo Allah.
Sebagaimana halnya kita mencintai orang lain, maka kita akan selalu patuh terhadap perintah Allah dalam rangka menggapai cinta, kasih dan perhatian Allah kepada kita. Bagaimana mungkin Allah akan memperhatikan kita, sedangkan kita tak pernah memperhatikan akan perintah-Nya. Di samping itu ridlo Allah selalu menjadi pertimbangan yang mendasar apakah perbuatan yang sedang dan akan kita lakukan akan berakibat ridlo atau murka Allah.

Lima hal tersebut di atas adalah cara sekaligus ciri kita mencintai Allah, jika salah satunya tidak kita punyai maka timbul pertanyaan Apakah kita betul-betul mencintai Allah ? Dalam QS. Al-Baqarah ayat 165: ……Dan adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah…..


Disampaikan di Pengajian Senin Pagi Desa Jambidan, Gedung Dakwah Muhammadiyah Ranting Jambidan Barat, 7 Pebruari 2011




Perenungan
Orang besar yaitu yang memiliki perhatian yang besar walaupun terhadap masalah yang kecil. Orang yang hina adalah orang yang tidak memiliki perhatian terhadap masalah sekalipun masalah besar.
Orang yang sombong adalah yang tidak mau mendengar kata-kata orang lain, sekalipun kata-kata tersebut bermanfaat untuk dirinya sendiri.
Orang yang sombong adalah orang yang melihat dirinya lebih besar dari orang lain, sekalipun orang lain itu lebih besar darinya.
Orang yang bahagia yaitu orang yang dapat mengubah dunia serba sulit menjadi serba menyenangkan, sekalipun keadaannya sebenarnya menyulitkan baginya.
Pada prinsipnya manusia adalah pelupa dan banyak berbuat salah, maka belajar bagi manusia adalah menjadi kewajiban.
(Ahmadi, 19 Desember 2011)
 
  


Bagaimana Mengelola TPA yang baik itu ?
Oleh Ustadz Ahmadi (Ketua Umum Badko TKA-TPA Kab. Bantul)

Apa itu TPA ?
TPA adalah sebuah tempat yang nyaman bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua untuk belajar Al-Qur’an.

Prinsip pembelajaran Al-Qur’an di TPA :
1.      Mudah (Metode Iqro yang cepat)
2.      Murah (Tidak ditarik Biaya yang mahal atau sukarela)
3.      Menyenangkan (Penuh dengan permainan maupun tempat yang nyaman)
4.      Menghasilkan (target yang jelas)
5.      Memuaskan (hasilnya yang berkualitas dapat dirasakan)

Pengurus :
1.      Pengurus Harian/Eksekutif : Direktur, Wakil Direktur, Bagian Tata Usaha, Bagian Bendahara, Bagian, Kesantrian, Bagian Keustadzan, Bagian Umum.
2.      Pengurus Yayasan atau lembaga yang menaungi TPA (Takmir, PKK, Muhammadiyah, NU, DLL)
3.      Pengurus Perkumpulan Wali Santri
4.      Dewan Penyantun/Donatur/Simpatisan

Kegiatan yang harus dilakukan di TPA :
1.      Melengkapi Sarana Prasarana
2.      Perencanaan Kegiatan
3.      Pembelajaran Al-Qur’an dan segala penunjangnya.
4.      Evaluasi Pembelajaran (Rapor, Wisuda, Ijazah, Festival, Perlombaan, DLL)
5.      Peningkatan Kualitas Pengelola
6.      Peningkatan Kualitas Ustadz
7.      Administrasi dan Dokumentasi

Jenis-jenis Pelatihan untuk Ustadz TPA :
1.      Metodologi Iqro.
2.      Manajemen TKA-TPA-TQA
3.      Manajemen Kelas
4.      Pengajaran Tajwid kepada Anak-anak.
5.      Metodologi Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM)
6.      Murottal
7.      Iqro Klasikal
8.      Bahasa Arab
9.      Psikologi Anak
10. Problem Solving
11.  DLL


Selamat dan sukses semoga Allah senantiasa membimbing dan memberi kekuatan kepada kita semua, Amin.



Disampaikan di TPA Pucung Growong Imogiri
Hari Jum’at Malam Sabtu, Tanggal : 4 Pebruari 2011,

2 komentar:

  1. Coba buat artikel yang menarik disertai gambar

    BalasHapus
  2. Gimana jika buat yang lebih baik lagi dengan judul yang menarik.

    BalasHapus